Kamis, 21 April 2011

R.A. Kartini dan Salah kaprah Emansipasi

Siapa yang tidak tahu RA Kartini…??? Sudah pasti semuanya mengenal R.A. Kartini. Pejuang emansipasi wanita pada masanya. Beliau dengan gigih memperjuangkan kesetaraan hak antara wanita dengan laki-laki terutama dalam hal pendidikan. Karena pada saat itu kaum wanita tidak mendapatkan hak yang layak dalam memperoleh pendidikan. Pendidikan setinggi-tingginya hanya khusus untuk kaum laki-laki. Kegeraman beliau akan hal ini tertuang dalam buku Habis Gelap terbitlah Terang. Karena perjuangan beliau inilah tanggal kelahiran R.A. Kartini diperingati sebagai hari Kartini. Tonggak awal emansipasi wanita atas kaum laki-laki.


Sayangnya perjuangan R.A. Kartini dalam memperjuangkan emansipasi wanita dijadikan senjata ampuh oleh kelompok feminis. Kelompok yang berjuang untuk kesetaraan gender wanita atas kaum laki-laki. Lalu dimana letak kesalahan dalam perjuangan mereka…??? Bukannya sama saja dengan perjuangan R.A. Kartini yaitu memperjuangkan hak-hak kaum wanita…??? Tentu saja berbeda. Perjuangan kelompok feminis sudah kebablasan. Sudah salah kaprah. Mereka benar-benar ingin menyamakan hak kaum wanita dengan kaum laki-laki bahkan kalau bisa di atas kaum laki-laki. Padahal menurut kodratnya tentu saja berbeda antara kaum laki-laki dengan kaum wanita.


Sebagai contoh dalam hal bekerja. Kaum feminis mendorong para wanita untuk bekerja dan mengejar karir. Bahkan kalau bisa menempati posisi tertinggi melebihi posisi laki-laki. Karena mereka menganggap bahwa pekerjaan rumah tangga dapat menghilangkan kesempatan untuk berkreatifitas dan mengungkung kaum wanita. “Mari kita tinggalkan pekerjaan rumah tangga, karena semua itu telah mengungkung kita untuk berkarier dan menghilangkan kesempatan kita untuk berkreatifitas. Bergulat dengan sumur, kasur dan dapur, hanyalah konstruksi patriarkhi yang dipaksakan bagi kaum wanita, yang kemudian berubah menjadi common truth untuk menindas kaum wanita.” Lambat laun mereka mengalihkan fungsi utama seorang Ibu sebagai Ibu rumah tangga. Padahal kalau kita menilik, Fungsi Ibu sebagai Ibu rumah tangga adalah wajib sedangkan hukum bekerja adalah mubah bagi seorang wanita. Untuk hal prinsip seperti ini saja ide mereka sudah bertentangan dengan Islam.


Yang paling salah kaprah adalah seorang pejuang feminis wanita di Amerika memimpin sholat Jum’at. Atau contoh lainnya kaum feminis selalu berada di garda terdepan dalam penolakan terhadap RUU pornografi. Mereka menganggap Menutup aurat bagi wanita hanyalah mengungkung kebebasan kaum wanita. Kalau semua yang mereka inginkan adalah kebebasan terhadap kaum wanita, lalu dimana letak hukum-hukum syari’at…???


Begitulah segelintir contoh perjuangan kaum feminis yang salah kaprah. Jangan sampai kita kaum wanita mengikuti arus pemikiran feminis dengan terus mengejar karier demi kedudukan dan materi tetapi mengabaikan fungsi utama sebagai ibu rumah tangga. Islam itu adil. Itulah kenapa kewajiban mencari nafkah ada di pundak laki-laki. Sedangkan kaum wanita memiliki tugas yang sama beratnya yaitu mencetak generasi pemimpin yang akan menegakkan Islam sebagai sistem dalam kehidupan.



NB : mbuhlah sepertinya tulisannya kok ngawur ya alurnya... monggo dikritik... ^_^... maklum dalam tahap pembelajaran...