Kamis, 26 April 2012

Broken Heart

Aduh... saya lagi broken heart kawan... bukan karena ditinggal pacar (hari gini masih pacaran...??? he3...) tapi karena teman satu kontrakan sekaligus satu kamar (maklum tipe kontrakan di jakarta RSSSS...) sudah resmi menikah. Hiks... hiks... dia sudah ada yang lain... tempat untuk berbagi cerita... .

Pas hari-hari sebelum pernikahan berlangsung sih rasanya biasa saja. Ngapain sedih saya sudah biasa kok hidup sendiri. Buktinya saya masih bisa survive walaupun ditinggal Kucrit. Tapi setelah selesai akad nikah rasanya ada yang beda. Di sampingnya sudah berdiri orang lain. Saya harus segera pergi dari rumahnya kalau nggak nanti bakalan terjadi hujan badai seperti pas di pernikahannya Kucrit. Pokoknya malu-maluin kalau sampai terjadi hal yang sama. Fffiuhhh... 

Biasanya kalau sampai di rumah ada yang diajak ngobrol walaupun seringnya sih berdebat... he3... . Berbagi cerita apa saja yang telah dilakukan seharian di tempat kerja masing-masing. Dia bercerita tentang murid-muridnya di Homeschooling sedangkan saya bercerita tentang kejadian-kejadian di kantor yang lucu. Saling curhat kalau masing-masing ada masalah. Pokoknya kamar kami nggak pernah sepi kecuali kalau dua-duanya lagi tidur. Yah... namanya juga penghuninya cerewet semua. Makan malam bareng... nonton OVJ bareng... berantemnya juga sering... Pokoknya banyak banget kenangannya. Lha sekarang nyalain TV saja males secara memang dia yang rajin nonton TV. Kamar kami berubah menjadi sunyi sepi.

Life must go on. Masih banyak tantangan di depan mata. Masa' gara-gara ditinggal sahabat menikah semuanya jadi terhenti. Nggak banget kan ...??? yah mungkin dengan hidup sendiri semakin banyak waktu untuk bermuhasabah diri. Dan yang pasti melakukan perbuatan yang lebih berguna lagi. 

Untuk saudariku semoga sukses membentuk keluarga yang ideologis dan pada nantinya bisa melahirkan pejuang-pejuang tangguh penegak Islam. Amin.







 .

Rabu, 11 April 2012

Kado Buku : Cocok Untuk Segala Suasana...



Banyak undangan pernikahan yang mampir di meja kerjamu …??? Banyak kabar gembira kelahiran sang buah hati di inbox HP-mu …??? Atau… tepok jidat… heyyy… si anu kan hari ini milad …??? Bingung mau menghadiahkan apa…??? Hmmm… nggak mungkin kan mau menghadiahkan perlengkapan baby untuk teman yang menikah… atau malah menghadiahkan tea set untuk teman yang baru melahirkan… atau lagi… “Aduh… gue kan nggak suka pakai tas wanita… kalau gue yang terkenal nggak feminin ini pakai tas wanita apa kata dunia…???”… hehehe… repot kan kalau ternyata teman kita nggak suka dengan hadiah yang kita berikan. Bukannya bermanfaat eh malah mubadzir.Trus gimana dong…???


Buku jawabannya. Buku cocok untuk dihadiahkan ke siapa saja dan untuk event apa saja. Nggak peduli pernikahanlah… kelahiranlah… miladlah… atau bahkan nggak ada event apapun buku tetap pantas diberikan sebagai kado. Lha kalau ternyata mereka nggak suka baca buku bagaimana…??? Justru inilah kesempatan kita untuk mencekoki mereka yang nggak doyan buku dengan buku yang kita berikan. Kalau barang-barang selain buku baru bisa bermanfaat ketika dipakai. Sedangkan buku tidak. Inilah bedanya buku dengan yang lain. Mungkin awalnya mereka yang nggak doyan buku itu cuma menjadikan buku sebagai pajangan di meja. Karena sering terlihat mata maka lama-lama mereka akan menyentuh buku itu dan akhirnya… tarrra… mereka membacanya.


Aku sendiri lebih suka memberikan buku sebagai kado untuk teman-teman dekat. Walaupun kadang juga bukan buku kadonya -biasanya kalau sang pemilik event sudah request duluan-. “Aku pingin ini nih…” hehehe… kado kok request dulu. Bahkan saking seringnya aku memberikan kado buku sampai-sampai keponakanku hafal kalau aku lagi pulang kampung mereka nggak bakalan mendapati makanan atau mainan di tasku. “Yah… buku lagi…” hihihi… syukurin… emang enak disuruh baca buku. Bukan berarti juga aku sembarangan memilih judul buku untuk kado. Disesuaikanlah… kalau untuk pernikahan biasanya ya buku-buku yang cocok dengan event pernikahan. Seperti buku Kado pernikahan untuk Istriku, Revolusi dari Rumah Kami, buku-buku parenting, atau bahkan Muhammad Al-Fatih 1453. Lho…??? Itu kan buku sejarah… ya karena temanku ini suka dengan buku-buku bergenre sejarah. Terbukti beliau punya buku Api Sejarah. Nha… makanya cari tahu juga buku-buku apa sih kesukaan teman kita. Biasanya bagi penyuka buku nggak akan memasalahkan jenis buku apa. Mau novel, buku-buku parenting, motivasi, atau seperti tadi buku-buku bergenre sejarah ya mereka nggak masalah karena mereka akan menyantap semua buku itu.


Mungkin sesuatu yang aneh memberikan kado buku bagi yang tidak biasa. Tapi tidak ada salahnya untuk dicoba bukan…??? Cobalah dan rasakan sensasinya yaitu kelegaan yang luar biasa ketika buku itu kita berikan ke teman-teman dekat. Penasaran…??? Silakan mencoba…

Rabu, 28 Maret 2012

Bukfer 2012...



Bukfer seminggu kemarin tidak berkesan apa-apa. Bukan karena buku-bukunya sedikit atau acaranya kurang menarik. Tapi diri saya sendirilah penyebabnya. Biasanya kalau ada Islamic Bookfair saya termasuk pengunjung yang rajin menyambangi Istora Senayan. Walaupun tidak banyak buku yang dibeli tapi sudah cukup puas dengan hanya jalan-jalan melihat tumpukan buku di sepanjang stand pameran yang bertumpuk-tumpuk. Hwaa... andaikan saya punya banyak duit akan saya borong semua buku itu.

IBF untuk tahun ini saya sambut dengan biasa saja. Tidak ada euforia berlebihan. Penyebabnya tak ada budget banyak untuk alokasi buku bulan Maret ini. Kalau saya kalap beli buku sudah bisa dipastikan saya akan kere di minggu-minggu terakhir bulan Maret. He3... . Selain itu karena minggu-minggu pas penyelenggaraan IBF saya memiliki jadwal yang cukup padat (qiqiqi... gayane rek...). Jadinya saya jadwalkan cukup sekali saja ke IBF yaitu hari Rabu sepulang kerja. Niatnya cuma untuk beli satu buku dan satu kerudung. Byuh... byuh... byuh... saknone rek... . Daripada saya harus melewatkan hajat tahunan ini. Yah... pokoknya harus datang ke IBF walaupun cuma sekali dan sebentar.

Hari yang dinantikanpun tiba. Mengazzamkan dalam diri hanya beli 1 buku dan 1 kerudung. Tidak lebih. Begitu masuk... hadehhh.... ngiler... dimana-mana ada tumpukan buku... kalau jilbab dan kerudung sih nggak terlalu ngiler. Karena kebutuhannya cuma beli satu buku, tanpa berlama-lama saya langsung menuju TKP. Enak banget kalau ke IBF itu pas hari kerja. Nggak terlalu rame dan bisa puas menikmati tumpukan buku tanpa ada yang mengusik. Ke toilet juga nggak ngantri. Coba kalo weekend Sabtu-Ahad fffiuhhh sudah dipastikan jalanpun susah. Apalagi kalau mau ke toilet antrinya panjang banget. Pokoknya puas deh kalau ke IBFnya hari kerja. Pengennya Al-Azhar Press menjadi tujuan pertama. Karena nggak tahu tempatnya dan yang nampak di depan mata "Khilafah Press" ya akhirnya mampir ke situ dulu. "Rp 7.000,-". Waduh langsung ijo mata melihat tulisan Rp 7.000,- . Tanpa berlama-lama akhirnya buku "Orang Miskin Naik Haji" pun sudah berpindah tangan. "Ahh biarinlah murah ini... ", kata Saya dalam hati. Sekalian tanya ke bapak penjaga stand dimana letak stand Al-Azhar Press.

Begitu sampai di stand Al-Azhar press kecewa berat karena buku yang ingin sekali saya beli tidak ada. "Masak sih Pak belum terbit...??? lha wong di fesbuk sudah ada iklannya kok...", Kata Saya. Yahh... sudah jauh-jauh ke sini ternyata buku yang dicari nggak ada. Akhirnya saya putuskan mencari buku yang lain. Pilihanpun jatuh ke "Indahnya Romantika Ibu Ideologis". Pasti buku ini sangat bermanfaat bagi saya. Mengingat isinya adalah sharing emak-emak ideologis dalam hal manajemen rumah tangga tetapi tetap tidak mengesampingkan kewajiban mereka sebagai pengemban dakwah. Subhanallah. Nggak bakalan menyesal deh. Dibandrol dengan harga Rp 29.000,- . Lirak-lirik buku... ahaii... ada buku murah 5000-an. Bundel Al-Islam, buku tentang hadist ahad, dan Terjun ke Masyarakat cukup menarik perhatian. Oia bucil-nya bu Asri Supatmiati "Ssssttt... Mau Nikah ; Butuh atau Kebelet" sepertinya patut dicicipi juga. "Uang kertas VS Dinar dan Dirham Islam" sepertinya juga lezat. Dalam waktu singkat buku-buku itu sudah dimasukkan ke dalam tas plastik dan berpindah ke tangan saya. Waduh-waduh... ini mah sudah melenceng jauh dari yang awalnya cuma niat beli satu buku. Stop... stop... ada buku-buku murah Mizan. Saya obrak-abrik keranjang buku yang ada tulisan murah. Akhirnya terpilihlah "Small Things Kecil Tapi Penting !" karyanya mbak Dewi Rieka, "I Love You, Ayah", trus "Mencicipi Kesuksesan Amanda" karyanya mbak Indari Mastuti. Ckckck... bener-bener ya kalau sudah ke bookfair. Hmmm....

Tujuan terakhir adalah beli kerudung segi empat tebal warna ungu muda. Berputarlah-putarlah kami mencari stand Benayu. Begitu sudah ketemu stand-nya ternyata kerudung yang saya cari tidak ada. Yahh... kok sepertinya yang saya cari tidak ada semua. Ya sudahlah sembari istirahat menyelonjorkan kaki (ternyata lumayan pegel juga...) kami menikmati Festival Nasyid yang diadakan di panggung ruang utama. Suka sama satu grup nasyid saja selebihnya menurut saya terlalu lebay gayanya. Bahkan saking lebaynya mirip boyband. Sedihnya lagi itu pengunjung perempuan teriak-teriak histeris seperti melihat selebritis. Aduh ini festival nasyid kok mirip konser boyband. Hanya sebentar di situ dan akhirnya kami putuskan untuk pulang. Lagian sudah malam, takut tidak ada angkot.

Sedih... IBF tahun ini tidak puas menikmatinya. Apalagi pas hari Ahad ada bedah bukunya Ustadz Felix. Jadinya cuma mendengarkan cerita teman-teman yang datang pas bedah buku beliau bahkan mereka jadi panitianya lho dan mendapatkan buku "Habits" gratis. Hiks... hiks... hiks... .



NB : sssttt... kabar-kabarnya saya juga mendapatkan buku "Habits" gratis. Qiqiqi... ada yang berbaik hati memberikan... terima kasih saudariku... ^_^

Selasa, 20 Maret 2012

Pengen Resign... Part 4...



Hmm... Tulisan "Pengen Resign" sudah memasuki part 4...

Banyak hikmah yang saya dapat pas pulang kampung kemarin. Sabar... . Sabar menghadapi berbagai pertanyaan seputar rencana resign plus sabar menjawabnya. Harus berhati-hati menjawabnya karena yang saya hadapi adalah orang-orang yang jauh lebih tua dari saya. Alhamdulillah setelah dijelaskan mereka mau memahami alasan saya dan mereka mendoakan saya semoga memang pilihan yang saya ambil itu adalah yang terbaik. Terharu saya mendengar jawaban mereka. Mereka adalah pakdhe-pakdhe yang sudah saya anggap sebagai orang tua sendiri-pengganti bapak-. Walaupun agak sedikit kecewa dengan keputusan saya tapi mereka menghargai keputusan yang saya ambil. Saya berjanji pada diri sendiri tidak akan mengecewakan mereka. Saya harus bisa berbuat yang lebih baik lagi.

Bue... . Orang yang saya anggap sebagai Ibu nomor satu setidaknya bagi saya. Saya meminta maaf dan bertanya berulang kali sesungguhnya perasaan beliau itu seperti apa terkait rencana saya untuk resign. Dan berulang kali pula beliau menjawab ikhlas dan tidak meminta balasan apapun atas jasa menyekolahkan saya. Saya terharu mendengar jawaban beliau (*mungkin memang lagi melow... ). Beliau malah memotivasi saya untuk membuktikan bahwa pilihan saya itu benar.

Ada satu orang saudara yang frontal menentang keputusan saya. Saya hanya bisa diam karena nanti kalau saya jawab pasti kata-kata kasar yang akan keluar dari mulut saya. Walaupun mangkel dan pengen menangis tetap saya tahan. Biarinlah... lha wong Pakdhe saya saja tidak keberatan kok. fffiuuhhh...

Mungkin bagi orang yang terbiasa bekerja menjadi karyawan atau PNS keputusan resign adalah sesuatu yang tidak tepat. "Eman...". Hidup itu butuh uang. Lha kalau gaji saja tidak pasti bagaimana mau mencukupi kebutuhan ekonomi...??? ahhh itu kan rumusnya orang yang berotak kiri. Rizki kan bisa darimana saja. Tidak harus jadi pegawai yang punya gaji tetap per bulan. Saya pengen bebas dari kekangan waktu 9,5 jam hanya untuk bekerja. Gaji sedikit tidak masalah yang penting saya bisa mengendalikan waktu saya. Hehehe... emang dasarnya sudah malas kerja... . Iri dengan teman-teman yang bisa bebas mengatur waktunya.

Terima kasih untuk orang-orang yang telah mendukung saya. Tanpa kalian sadari dukungan walaupun hanya berupa kata-kata sangatlah berarti bagi saya. Karena dengan dukungan itulah saya semakin mantap dengan keputusan yang saya ambil.

Kamis, 08 Maret 2012

Awasss... Miss Ngambek Lewat... ^_^

“Biar indri bisa hidup lebih tenang dan g diganggu sama muslimah yang sangat sensitif dan akhirnya sering ngambek, saya pindah aja ya ndri, afwan mungkin ini lebih baik khususnya buat indri, syukron sudah jagain saya selama ini, sudah buanyak sekali bantu saya tapi saya tdk pernah bikin indri seneng ataupun tenang, apalagi saya katanya persiapan mau diqassam tentulah saya harus berbenah... dan akan saya awali dengan dengan hidup mandiri tidak bergantung sama orang lain, sudah cukup lama saya hidup dalam ketergantungan, saya akan cari kostan atau kontrakan, temenin yuk?” (pesan masuk pagi-pagi bolong dari kucrit ....)

Kalau aku nggak ingat itu hape satu-satunya yang aku miliki pasti sudah kubanting. Biar pecah dan aku nggak akan pernah lagi membaca tulisan yang sangat aku benci itu. Toh, nyatanya sampai sekarang tulisan itu masih tersimpan rapi di inbox bersama sms-sms lainnya yang masuk sesudahnya. Sms itu dikirim setelah aksi diammu yang lagi-lagi aku nggak tau apa pemicunya. Ingat nggak Crit...???


Hwaaa... Kucrit pindah... . Berat rasanya melepasmu Kucrit. Apalagi Kucrit sudah tinggal bareng aku selama 3 tahun. Walaupun aku akui kita sering bertengkar... sering ngambek-ngambekan... tapi aku sebenarnya sayang banget sama Kucrit. Kuliah bareng... ngaji bareng... tinggal sekamar... . Sedih kalau membayangkan sekamar sendiri. Biasanya sepulang kerja atau pulang kuliah ngoceh berdua sampai malam eh ini jadinya cuma bengong... ngantuk... . Tapi Kucrit tetap memaksa untuk pindah. Aku nggak bisa melarangmu. Apalagi katamu kepindahanmu ini untuk memperbaiki diri. Padahal dalam diri ini tidak ada setitikpun rasa benci... rasa direpotkan... atau yang lainnya. Yang ada hanya keinginan untuk berbagi. Salahkah...??? dan kejelekanku adalah memiliki kekhawatiran berlebih terhadapmu Kucrit. Karena aku memang menyayangimu.


Alhamdulillah beberapa bulan pasca kepindahanmu menunjukkan perkembangan yang membaik. Kucrit sudah semakin dewasa. Apalagi sekarang sejak Kucrit sudah menikah. Subhanallah benar-benar Kucrit sudah berubah. Nggak ngambekan kayak dulu lagi. Jadi kangen sama Kucrit. Sayang Kucrit tinggalnya jauh di Jakarta Utara. Paling banter cuma bisa menelepon. Mendengarkan suaramu dan yang pasti curhat.


Semoga Kucrit tetap berada dalam lindunganmu ya Allah. Semoga sukses membentuk keluarga ideologis. Apalagi dalam hitungan bulan Kucrit mau melahirkan. Melahirkan seorang pejuang yang akan menegakkan kalimahmu ya Allah.


From Kucrut... Thanks for the friendship that you’ve given to me... all memories with you will be saved at one space in my heart... overall, you’re one of my bestfriend that I have. Because we’ve shared all our happiness and sadness together...

Tulisan ini diikutkan pada GIVEAWAY : Aku Sayang Saudaraku yang diselenggarakan oleh Susindra


Senin, 05 Maret 2012

Jakarta itu Kejam, Kawan ...!!!




Jakarta... nggak ada seorangpun di negeri ini yang nggak kenal Jakarta. Kalau memang benar ada yang nggak tahu apa itu Jakarta sudah bisa dipastikan orang ini kuper. Kebangetanlah masak Ibukota negaranya sendiri nggak tahu. Namanya juga ibukota jadi pusat segala sesuatu ya ada di Jakarta. Pusat Pendidikan, perdagangan, teknologi, perekonomian, kriminalitas, kerusakan moral, deelel. Pusat pendidikan : banyak sekolah dan perguruan tinggi di Jakarta baik swasta maupun negeri. Tinggal dipilih aja mau sekolah dimana asalkan punya duit. Pusat perdagangan : ada pasar Tanah Abang pusat baju dan tekstil, Pasar Glodok pusat elektronik, plus mall-mall yang jumlahnya sudah tidak bisa dihitung lagi. Mau cari apa-apa di Jakarta juga lengkap. Mau nyari gadget keluaran terbaru juga gampang. Nggak akan ketinggalan tren deh pokoknya kalau di Jakarta. Fashion style, hair style ya trendsetternya dari Jakarta. Tapi di balik segala kemewahan dan kemudahan yang ditawarkan Jakarta ternyata justru menjadi bumerang bagi Jakarta. Ya... Jakarta termasuk penyumbang kriminalitas terbesar di negeri ini. Banyak kasus kriminalitas dan kerusakan moral yang terjadi di kota ini. Kok tau...??? lha itu buktinya Pos kota dan Lampu merah nggak kehabisan berita setiap harinya. Hehehe...


Belum lagi masalah transportasi yang berimbas pada kemacetan jalan raya, bukit-bukit sampah, dan banjir yang seakan-akan tidak kunjung selesai. Bayangin aja masak jalan kaki sama naik angkot lebih cepat yang jalan kaki. Karena apa...??? ya macet. Gimana nggak macet lha masing-masing anggota keluarganya pada bawa mobil. Trans Jakarta alias busway sudah nggak bisa diandalkan lagi. Hanya orang-orang sabar yang mau menggunakan busway sebagai alat transportasi. Berarti banyak yang kaya dong di Jakarta ...??? nggak juga. Lihat saja di pinggiran kali atau di pinggiran stasiun masih banyak rumah-rumah kecil yang terbuat dari kardus dan triplek. Yang kaya semakin kaya... yang miskin makin terpuruk. Sampah berserakan dimana-mana. Sampai pernah aku menemui di sebuah daerah di Jakarta tidak menemukan yang namanya tempat sampah. Sampai keheranan masak di sepanjang jalan nggak ada tempat sampah. Akhirnya ketika aku tanya salah seorang warga di situ jawabnya innocent banget “Kami buang sampahnya di kali Mbak...”. O...o... kamu ketauan... hayahhh... lah ternyata... . Aduh Ibu... bagaimana Jakarta nggak banjir lha warganya saja pada buang sampahnya di kali. Benar saja pas tahun 2007 daerah ini kebanjiran sampai ketinggian sekitar 4 meter.


Dengan segala image Jakarta yang nggak banget di mataku maka nggak pernah sedikitpun terlintas keinginan untuk tinggal di Jakarta bahkan hanya untuk sekedar singgah. Buat apa ke Jakarta paling-paling kena macet. Kesannya di Jakarta itu ribet banget deh. Lha kok akhirnya tinggal di Jakarta ...??? ffiuhh... nasib yang membawaku bisa sampai di Jakarta kota metropolitan. Kalau bukan karena harus kuliah nggak bakalan aku menginjakkan kaki di kota ini. Kuliahpun sebenarnya terpaksa karena awalnya dikira bakalan diterima di Malang. Ternyata pas melihat papan pengumuman tercantum bahwa aku diterima di Jakarta. Hwaaaa... bagaimana ini ...??? Teringat bahwa aku memilih Sekolah ini karena nggak punya uang buat biaya kuliah. Jadi mau nggak mau aku memang harus berangkat ke Jakarta.


Nggak kerasa sudah tujuh tahun lebih aku tinggal di Jakarta. Pahit manis kehidupan di Jakarta sudah lengkap dirasakan. Komplit... plit... . Hmmm... walaupun Jakarta menurutku kota yang kejam, tapi aku nggak pernah mengalami yang namanya kecopetan, pelecehan, penodongan, dan sejenisnya yang umumnya kerap dialami para warga Jakarta. Selama ini aku bersyukur nggak sampai mengalami hal yang seperti itu. . Alhamdulillah...


Tapi ternyata aku harus takluk sama angkot kecil dengan nomor 04 yang setiap hari sabtu aku tumpangi. Ya... akhirnya aku kecopetan juga. Aku masih nggak habis pikir kok bisa ya hari itu aku kecopetan. Aku heran bagaimana cara si pencopet itu ngambil hp di tas. Padahal tas selama perjalanan aku dekap terus dan kondisi penumpang angkot nggak penuh. Udah gitu pencopetnya menyebarkan berita bohong dan minta-minta pulsa ke nomor kontak yang ada. Nggak tahu berapa banyak orang yang sudah jadi korban transfer pulsa. Duhh... sekali-kalinya kecopetan kok ya orangnya jahat banget.


Gara-gara orang jahat ini aku dan teman sekamar (*untung ada dia yang siap menemani...) malam-malam harus kelayapan sampai Jakarta Pusat untuk menonaktifkan nomor yang telah disalahgunakan ini. FYI, kalau mau menonaktifkan nomor simpati tidak bisa via telepon tapi harus datang ke Grapari. Dan karena hari itu Sabtu, satu-satunya Grapari yang buka 24 jam ya Grapari pusat yang ada di Jakarta Pusat. Fffiuuhhh.... mantappp... . Eh, pas kami istirahat di masjid untuk sholat Maghrib si pencopetnya menghubungi kami. Katanya dia nggak terima degan banyaknya sms yang menghujat dia dan menuduh bahwa dialah pencurinya. Lah...??? Katanya dia cuma “nemu” HP di angkot 04 sekitar jam 2 siang. Bentar... bentar... padahal aku kehilangan HP sekitar jam 9.30 pagi. Aneh... masa’ si pencopet pertama sengaja ninggalin HP di angkot...??? atau kecopetan juga...??? nggak masuk akal... pasti dia bohong. Secara logika, kalau memang dia yang cuma “nemu” seharusnya ya dikembalikanlah. Apalagi di HP itu ada sekitar 100 panggilan dan sms dari teman-teman yang meminta supaya HP dikembalikan lagi. Diajak janjian untuk ketemuanpun kesannya bertele-tele. Padahal kalau benar dia mau diajak ketemuan dan mau mengembalikan HP nanti yang datang menemui dia bukan kami melainkan suami teman. Yahhh... ternyata dia “ngambek” karena banyak yang menghujat dia dan keputusan akhirnya dia nggak mau mengembalikan HPku. Alah... alah... Pak... dari tadi juga paling-paling nggak mau mengembalikan HP.


Hmmm... kalau buat aku sendiri sejak kejadian ini jadi mikir kira-kira aku sudah berbuat salah apa ke orang kok aku bisa kecopetan. Mungkin ada hak orang di harta yang selama ini aku dapat. Wallahu’alam..... . Yang jelas hidup di Jakarta harus banyak-banyak berdoa dan selalu waspada karena Jakarta itu kejam, Kawan.

Senin, 27 Februari 2012

Pengen Resign Part 3...

Tulisan "Pengen Resign" sudah memasuki part 3 nih... he3... . Tulisan "Pengen Resign" akan berakhir ketika saya benar-benar sudah resign. Minta doanya ya dari teman-teman semua semoga lancar...

Mungkin sebagian besar orang menganggap saya sebagai anak durhaka atau minimal "nggak tau diri". Yah wajarlah kalau mereka menganggap saya seperti itu. Karena saya sendiri merasa memang saya nggak tau diri. Sudah disekolahin mahal-mahal sampai harus utang ke sana kemari ternyata balasannya tidak setimpal. Setidaknya itu yang sekarang saya rasakan. Tapi bagaimanapun juga keputusan harus tetap diambil. Sepahit apapun.


Saya lebih memilih untuk tetap resign walaupun surat permohonan sampai detik ini belum juga dibuat. Insya Allah dalam beberapa bulan ini. Saya yakin pasti terbersit rasa kecewa dan sedih di hati bue. Tapi mau bagaimana lagi ? Keputusan saya sudah bulat. Dan terakhir telepon bue hari Sabtu kemarin nada bicaranya sudah beda dari yang sebelumnya. Sudah terdengar lebih ikhlas (kayaknya sih... ). Ffffiuuhhhh... leganya luar biasa. Mata saya berkaca-kaca mendengar kata-kata bue dari seberang telepon. Perempuan yang tidak terasa sudah berumur setengah abad lebih itu selama ini selalu mendukung keputusan saya walaupun pada awalnya keputusan saya untuk resign beliau agak keberatan. Tidak mudah dan saya yakin tidak semua orang tua bisa menyetujui keputusan anaknya untuk resign. Tapi itulah hebatnya bue.


Saya berjanji untuk tidak akan mengecewakan bue. Saya ingin membuktikan bahwa keputusan yang saya ambil ini adalah benar. Saya akan terus berusaha untuk membesarkan hati bue agar beliau tidak terlalu kecewa.

Jumat, 24 Februari 2012

Merajut Mimpi dengan Ngeblog...

Wah... saya termasuk pemula dalam dunia blog. Ibaratnya kalau tingkatan anak sekolah ya masih TK. Belum ngerti apa-apa. Mulai merambah dunia blog yang ada di internet sejak April 2010. Multiply-lah yang pertama kali mengajarkan saya mengenai blog. Memilih Multiply karena kemudahan membuat themes dan terkesan simpel. Dari blog ini saya berkenalan dengan para penulis. Saya sok SKSD dengan mereka. Saya add blog mereka dan berharap cepat dikonfirmasi. Menjelajahi blog mereka sangatlah menyenangkan. Membaca tulisan-tulisan mereka tentang dunia kepenulisan, tips-tips sukses menembus media, dan motivasi dalam menulis. Pokoknya sangat menyenangkan. Salah satu blogger yang saya kenal ya mbak Aan. Subhanallah beliau baik banget nggak pelit bagi-bagi ilmu kepenulisan. Padahal saya termasuk nyuwbai. Saya jadi semangat merajut mimpi jadi penulis.

Entah kenapa saya pelan-pelan mulai meninggalkan Multiply. Kesibukan seharusnya tidak menjadi alasan saya untuk tidak ngeblog. Tapi ya begitulah saya. Kalau lagi mood nulis sehari bisa dua tulisan. Eh giliran males nulis bisa berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan saya tidak menghasilkan satu tulisanpun. Sampai-sampai dosen saya yang juga blogger menegur kok saya jadi jarang update isi blog. Hehehe... makasih bu telah mengingatkan saya. Karena sudah kelamaan nggak ngeblog di Multiply akhirnya saya pindahan rumah... eh blog. Rumah dunia maya maksudnya. Saya memilih blogspot sebagai rumah baru. Sebenarnya wordpress juga punya tapi masih agak bingung. Jadi yang lebih diurusi ya yang di blogspot. Bingung memilih nama akhirnya pakai nama asli saja dan tulisan yang paling saya suka dari dulu untuk blog saya ya “Sejenak Mengambil Jeda...”. Entah kenapa saya suka banget dengan kalimat itu. Mulai utak-atik themes dan akhinya dari sekian themes terpilihlah themes dengan campuran warna merah marun dan pink. Cari-cari picture yang tepat. Hmmm... rambut merah Kenshin Himura cocok sama warna background blog. Sedikit ditambahkan aksesoris dan tarrraaa.... jadilah rumah baru yang girly banget. Qiqiqi... nggak girly sih sebenarnya lha profil picturenya aja Kenshin Himura. Sederhana sih tampilan blog saya tapi saya merasa nyaman dengan blog ini. Nyamaaaaannnn banget.


Isi blognya biasa saja. Kebanyakan curcol-curcol ringan saja sih. Tapi saya sudah puas kalau sudah menumpahkan tulisan di blog. Lega. Tidak banyak yang memberikan komentar tapi saya tidak begitu peduli dengan komentar. Yang penting saya sudah menulis. Karena tujuan saya membuat blog memang untuk melatih kemampuan menulis dan yups tulisan bisa menjadi terapi diri (yang lagi banyak pikiran... ati-ati bisa stress kalo nggak nulis... pissss...). Sebenarnya pengen punya banyak teman sesama blogger di blogspot ini. Tapi ya itu karena saya nggak bisa fokus merawat blog dan rajin berselancar ke blog teman-teman yang lain. Maklum internetannya cuma mengandalkan fasilitas kantor. Masuk ke warnet kalau memang butuh banget misalnya ada deadline yang harus segera dikirim. Modem....??? ahhh... males saya berurusan dengan modem. Males bayar maksudnya... hehehe... . Pengen banget punya blog yang isinya tulisan-tulisan serius ya seperti opini atau resensi buku. Rencananya sih ini indri. Blognya masih dalam tahap maintenance.. hehehe... gayanya... . Saya berharap dengan rajin menulis di blog semakin terasah kemampuan menulis saya. Pengen tulisan-tulisan saya di blog ada yang melirik dan bisa dibukukan (Ngarep... hehehe...)


Yah... begitulah blog... blog bagi saya sudah menjadi rumah kedua (emang punya rumah pertama...??? qiqiqi...). Hidup tanpa blog bagaikan sup tanpa garam. Nggak ada rasanya... . Hmm... pokoknya nggak nyesel sudah mengenal blog. So ngeblog...??? why not ...???


*Tulisan ini diikutsertakan dalam kontes "Ngeblog di Mata Perempuan" yang diselenggarakan emak2blogger

Rabu, 15 Februari 2012

Mengais Asa yang Tertunda...

Awalnya saya sama sekali tidak suka menulis. Pelajaran bahasa Indonesiapun bagi saya merupakan pelajaran yang sangat susah. Karena pelajaran satu ini lebih cenderung mengeksplorasi kemampuan menulis siswa. Sedangkan saya membuat satu kalimatpun membutuhkan waktu bermenit-menit. Apalagi kalau diminta untuk menulis puisi atau bahkan sebuah karangan bebas. Jangan tanya saya pasti membutuhkan waktu berjam-jam. Buntu, tidak ada ide. Mending saya disuruh mengerjakan 100 soal Matematika daripada mengarang. Hi3... parah deh pokoknya.


Kemampuan menulis saya yang payah ini berlanjut sampai SMU. Sampai suatu ketika saya dipertemukan dengan muslimah yang membantu saya menunjukkan kebenaran Islam. Ternyata Islam yang selama ini saya pahami salah. Dulu saya mengira Islam itu ya cukup dengan rajin sholat, mengaji, puasa, zakat, dan ritual-ritual ibadah lainnya. Ternyata Islam itu juga harus diterapkan menjadi sebuah sistem dalam kehidupan. Lho kok jadi ngomongin Islam...??? hi3... maksudnya semenjak itulah saya ingin menyebarkan ilmu yang sudah saya dapatkan mengenai Islam melalui tulisan. Dan di lain pihak memang kami dianjurkan mengirim tulisan boleh berupa opini ataupun surat pembaca ke media massa setiap bulannya. Wah mau tidak mau saya harus mulai menulis. Mulai saat ini. Walaupun awalnya sebuah keterpaksaan.


Tema pendidikan sepertinya yang saya tulis waktu itu untuk surat pembaca karena memang momennya pas dengan masa-masa kelulusan siswa. Draft pertama saya serahkan ke senior dan tahukah kawan hasilnya seperti apa...??? tulisan saya penuh coretan bahkan tulisan asli saya banyak yang ketutup coretan-coretan. Hadehhh.... . Segera saya perbaiki draft saya dan segera saya kirimkan ke media lokal karena takut kehilangan momen. Saat itu saya masih menggunakan mesin ketik. Ke rental takut... maklum gaptek akut. Alhamdulillah surat pembaca saya dimuat di koran lokal tepat menjelang kelulusan saya. Yang jelas tidak mendapatkan honor. Namanya juga Surat Pembaca. Tapi setidaknya itu memacu saya untuk belajar menulis.


“Ndri menang... “, Kata teman saya. Alhamdulillah resensi buku “Jangan jadi bebek” karya O. Sholihin yang saya ikutkan lomba menulis resensi di kampus menang. Sebagai imbalannya uang hadiah sebesar Rp 75.000,- pun berpindah ke tangan saya. Uang tersebut langsung saya belikan tiket pulang kampung. Lumayan masih ada sisa. Pikiran saya saat itu mungkin lomba menulis resensi ini hanya segelintir yang ikut berpartisipasi. Jadilah dengan terpaksa juri memilih naskah saya sebagai pemenang karena tidak ada naskah lain yang masuk. Mungkin...


Saya semakin rajin menulis ketika memasuki masa-masa magang. Sekolah Tinggi Kedinasan yang saya ikuti mewajibkan mahasiswanya magang sebelum penempatan kerja. Kebetulan tempat saya magang tidak begitu banyak pekerjaan. Sering seharian saya hanya bengong menonton TV. Daripada bengong terus malah kesambet the invisible mending saya coret-coret menumpahkan pikiran yang ada di otak. Motivasi saya hanya untuk bagaimana supaya opini saya ini tersebar. Biasanya yang saya tulis mengenai bobroknya sistem pemerintahan yang ada. Pokoknya mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah. Keren dong...??? tidak... bahasa yang saya gunakan tentu sangat sederhana. Saya tidak peduli harus menggunakan bahasa yang seperti apa. Lagian saya hanya berbekal sebuah buletin yang saya terima tiap minggu kemudian saya ringkas isinya memakai bahasa sendiri. Tentu saja selalu saya bubuhkan sumber tulisan. Namanya juga hanya belajar sendiri, tidak ada guru atau senior yang mengarahkan seharusnya tulisan saya itu seperti apa. Hanya berbekal pede saja. Kirim saja tulisan saya di surat pembaca koran Sindo. Entah dimuat atau tidak yang penting saya sudah kirim. Selain itu saya juga mengincar sebuah komputer di kantor tempat saya magang yang bisa jaringan intranet. Biasanya ketika para pegawai laki-laki sholat jum’at dan pegawai perempuan istirahat makan, saya minta izin untuk menggunakan komputer itu. Senangnya bukan kepalang. Segera saya ketik cepat-cepat tulisan yang memang sudah saya siapkan sebelumnya dan langsung dikirim ke sebuah forum diskusi. Fffiuhhh... lega kalau tulisan sudah terkirim. Tentu saja tulisan saya yang mengkritik kebijakan pemerintah langsung dicaci maki oleh hampir sebagian besar anggota forum diskusi yang memang semuanya adalah abdi negara. Cuek. Yang penting saya sudah menyebarkan opini yang menurut saya benar.


Ketika saya sudah penempatan dan mulai bekerja, saya berkenalan dengan blog publik yang ada di jaringan intranet (*di kantor belum bisa jaringan internet) namanya Ciblog. Saya tertarik. Mulailah saya belajar membuat blog. Bagaimana membuat tulisan bisa kerlap-kerlip, tulisan bisa jalan-jalan. Blog saya sangat sederhana tampilannya tanpa ada tambahan pernak-pernik lainnya. Sedangkan blog-blog yang lain penampilannya saja sangat menarik. Saya membuat 2 akun blog di Ciblog saat itu. Blog pertama berisi curcol-curcol saja. Pokoknya cerita-cerita ringan saja. Sedangkan blog yang kedua berisi tulisan-tulisan yang mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah. Kekonsistenan saya untuk menulis tulisan yang aktual (*walaupun kontroversial) mengakibatkan saya masuk nominasi blog yang aktual (*aduhhh saya lupa masuk nominasi apa ya... hi3...) versi blog Abunawas (salah satu anggota Ciblog yang tiap tahun mengadakan penjurian blog) walaupun tidak menang. Padahal tulisan saya ecek-ecek dan asal nyeplos saja.


Saya vakum menulis ketika blog publik yang berkeliaran di ranah jaringan intranet itu dicabut peredarannya (Kayak narkoba saja...). Wah banyak tulisan-tulisan saya yang raib. Karena saat itu saya belum memiliki komputer pribadi. Masih menumpang kantor euuyyy... . Benar-benar gairah saya menulis menguap begitu saja. Jaringan internet tidak bisa, intranet tidak ada Ciblog bagaikan makan sop tanpa garam (hambar gituu... ). Biasanya tiap malam saya berpikir apa ya yang mau saya tulis di Ciblog besok. Ada sebenarnya sebuah Forum Diskusi yang dulu sering saya ikuti semasa magang. Tapi saya merasa suasananya sudah berbeda, sudah tidak ramah lagi seperti dulu. Sering tulisan-tulisan saya yang memang mengkritik pemerintah dilock sama adminnya dengan alasan tulisan saya bermuatan politik. Tetapi anehnya banyak tulisan-tulisan yang isinya malah kampanye terhadap partai politik tertentu. Saya marah. Saya sampaikan perlakuan tidak adil yang saya terima. Tetapi adminnya tutup kuping. Tulisan saya masih saja dilock sedangkan mereka bebas berkampanye. Semakin malaslah saya. Mau membuat blog di internet tidak tahu caranya. Ya sudah selama sekitar dua tahun saya tidak berhasil membuat sebuah tulisan, walaupun hanya sekedar cerita ringan berisi curcol. Parah...


Entah bagaimana awalnya, akhirnya saya berkenalan dengan “Multiply”. Sebuah blog yang mencakup juga jejaring sosial. Karena tertarik dengan buku baru yang dipromosikan oleh salah satu member multiply, buku “Oyako No Hanashi” karya mbak Aan Wulandari, saya berkenalan dengan pemilik akun “diansya” ini. Beliau ramah dan tak segan-segan menjawab semua pertanyaan saya. Berkeliaranlah saya menjelajahi isi blog mbak Aan. Isinya seputar celoteh kedua anaknya, resensi buku yang entah sudah keberapa kali dimuat di media, tulisan-tulisan yang dimuat di media, dan buku-buku karyanya. Subhanallah... produktif banget. Ingin sekali suatu saat saya bisa menulis buku. Mulailah saya tertatih-tatih menuliskan kata demi kata di blog. Hanya berisi curcol-curcol saja sih sebenarnya. Tapi itu sudah cukup membangkitkan semangat menulis saya. Walaupun awalnya berat, tapi saya mencoba menjalaninya. Karena memang saya ingin belajar menulis. Saya ingin seperti dulu yang rajin menulis opini-opini singkat seputar kebijakan pemerintah. Tapi sebagai langkah awal saya menulis pengalaman sehari-hari dulu. Belajar menuliskan apa saja yang sedang berkeliaran di otak. Mengikuti lomba-lomba kepenulisan yang ternyata banyak sekali juga saya gunakan sebagai ajang pembelajaran. Tidak peduli dengan hasil penjurian yang mengakibatkan naskah saya tidak lolos. Yang penting menulis... menulis... dan menulis... apapun itu. Dan saya yakin impian saya menjadi penulis suatu saat nanti akan terwujud asalkan saya berusaha untuk mewujudkannya. Sebuah kalimat yang menginspirasi saya adalah kata-kata dari Arai (-Sang Pemimpi-) “Bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu... “. Saya mulai membuka mata dan berani bermimpi. Ganbatte...!!!!