Jumat, 27 Januari 2012

Nostalgia Tugas Akhir... ^_^

Gara-gara di Muslim Entrepreneur Forum 2012 kemarin backsoundnya pakai musiknya film Transformer, saya mendadak kangen sama program Tugas Akhir yang saya buat setahun yang lalu. Lho kok...??? apa hubungannya Transformer sama Tugas Akhir...??? Jelas ada hubungannya. Soalnya Tugas Akhir saya juga menggunakan musiknya Transformer sebagai backsound. Sedikit nostalgia ya...

Sebagai mahasiswa Manajemen Informatika saya mempunyai keinginan untuk membuat Tugas Akhir yang Ideologis. Tanpa tahu harus seperti apa nanti Tugas Akhirnya, memilih program atau sistem... trus tentang apa... entahlah... yang penting Tugas Akhir saya harus Ideologis. Hanya itu yang saya camkan dalam diri saya. Memasuki pertengahan semester lima ada tawaran menyusun Tugas Akhir. Padahal biasanya Tugas Akhir baru dikerjakan ketika memasuki semester enam. Saya dan beberapa orang teman mengambil kesempatan itu. Saya sendiri masih tetap belum memutuskan Tugas Akhir yang harus saya susun itu seperti apa. Yang jelas saya tidak akan memilih sistem. Karena saya tidak terbayang sama sekali kalau mengambil sistem mau bikin Tugas Akhir yang seperti apa. Kebanyakan mahasiswa menga
mbil pemrograman database. Sedangkan saya akhirnya memilih pemrograman animasi interaktif. Tugas Akhir pemrograman Animasi tidak sebanyak dan serumit database. Psssttt.... ada bocoran mahasiswa yang mengambil pemrograman selain database dapet nilai plus... he3... .

Eittt... jangan membayangkan program animasi yang saya buat itu seperti membuat film kartun atau yang ada di CD anak-anak itu. Qiqiqi... animasi yang saya buat biasa banget. Cuma gambar-gambar yang diedit-edit sedikit trus diputar-putar... hilang... dimunculin lagi gambarnya... dikecilin... digedein... paling hurufnya dibuat kerlap-kerlip... sudah... begitu doang. Gampang kan...??? ya tapi saya kan belum pernah belajar animasi sebelumnya. Hanya membuat animasi yang begitu sederhana saja harus bekerja keras. Mencari bantuan orang-orang yang sekiranya mampu dan mau mengajari kami (saya dan Dahlia). Untung Dahlia bekerja di perpustakaan kampus, jadi dia mempunyai banyak k
enalan asisten lab kampus. Sok pedekate... mengemis-ngemis minta bantuan ke mereka... pokoknya muka tembok deh... . Alhamdulillah akhirnya ada juga yang bersedia mengajari kami Macromedia Flash MX.

Setelah melalui tahap perenungan yang cukup lama akhirnya saya memutuskan untuk membuat animasi tentang ilmuwan-ilmuwan Islam. Awalnya ingin membuat tentang sejarah Kekhilafahan Islam. Tapi terlalu banyak membutuhkan data dan sepertinya tidak bakalan selesai karena memang waktunya mepet. Saya bukan mahasiswa murni. Pagi sampai sore status saya sebagai wanita kurir. Pulang kuliah jam 9.30 malam. Jadi saya baru bisa mengerjakan TA sekitar jam 10-an. Untungnya lagi saya sekamar berdua dengan Dahlia. Jadi kalau yang satunya mengerjakan TA nggak mungkin yang satunya tidur pules. Mau nggak mau harus ikut mengerjakan. Kalau ada yang ketiduran pinginnya sih dibangunin tapi seringnya sih ikut tidur juga... he3... . Ya begitulah selama sekitar 2 bulan tidur sepertinya tidak nyenyak. Lha tidur sehari cuma beberapa jam.

Alhamdulillah kerja keras kami selama 2 bulan terbayar. Sangat memuaskan. Kami sama sekali tidak menyangka bakalan mendapat grade A. Ya... kami... saya da
n Dahlia. Padahal animasi yang kami buat sangat sederhana. Tergantung dosen pengujinya juga sih. Alhamdulillah dosen penguji kami bukan dosen killer. Yah... semuanya pertolongan Allah. Keinginan saya untuk membuat TA yang ideologis akhirnya terwujud.

Ini ada beberapa gambar TA saya...









Halaman Pembukanya...













Menu Utama...















Bidang Matematika...









Sederhana banget kan ...??? he3...

Senin, 09 Januari 2012

Ironi Pernikahan... Part 2...


Alhamdulillah satu per satu teman seangkatan mulai dari teman SD sampai teman kuliah bahkan teman ngaji telah menyempurnakan separuh diennya. Turut berbahagia atas pernikahan mereka. Tetapi ada satu hal yang membuat saya prihatin dengan walimah yang diselenggarakan. Ternyata masih banyak kaum muslimin yang masih belum memahami konsep pernikahan Islam. Saya tidak akan membahas proses menuju pernikahan tetapi hanya konsep walimah yang Islami. Masih banyak saya temui -bahkan teman-teman yang sudah paham- kurang memperhatikan konsep walimah menurut Islam itu seharusnya seperti apa. Sehingga walimah yang mereka selenggarakan tidak ada bedanya dengan masyarakat kebanyakan yang belum memahami konsep pernikahan Islami. Ikhtilat, tabarruj, tidak menggunakan musik yang islami, menggunakan kebaya yang ketat, kerudung yang cuma melilit leher, masih berbau klenik dan lain-lain. Padahal seharusnya bagi teman-teman yang sudah paham mengenai konsep pernikahan Islam hal ini tidak boleh terjadi. Mari kita bahas mengapa hal ini bisa terjadi.

Jodoh itu misteri. Yang bisa kita lakukan adalah berikhtiar dan berdoa. Karena tidak tahu kapan kita akan menikah itulah yang membuat kita sedari dini harus berikhtiar semaksimal mungkin. Ikhtiar tidak hanya terkait mencari jodoh tetapi terkait sosialisasi pernikahan Islam kepada keluarga. Tidak mudah mensosialisasikan konsep pernikahan Islam ini ke keluarga. Apalagi yang masih taat adat. Sulit memang tetapi bukan berarti tidak mungkin. Semuanya membutuhkan proses. Ada yang prosesnya cuma sebentar, ada yang prosesnya lama bahkan sampai bertahun-tahun. Allah menilai usaha kita dalam menjalani proses itu. Dan perlu juga dipahami ada kaidah kausalitas di situ. Ketika kita sudah berusaha maksimal insya allah hasilnya maksimal juga. Jika ternyata hasilnya tidak sesuai dengan proses yang sudah dijalani berarti memang qodlo' Allah. Yang penting kita sudah menjalani prosesnya. Nha hal inilah yang sering disepelekan oleh teman-teman. "Kan belum ada calonnya ngapain sosialisasi sekarang...???" justru kita harus sosialisasi sedini mungkin walaupun belum ada calon. Menurut pengalaman (ehmm...) sosialisasi ke keluarga itu tidak cukup seminggu atau dua minggu tetapi bertahun-tahun. Karena mereka tidak mau berbeda dengan masyarakat kebanyakan. Takut mendapat cemooh, caci maki, dan lain-lain. Itulah yang sangat sulit untuk mengubah pemikiran orang tua ataupun keluarga besar. Kita harus pandai menjelaskan kepada mereka tentang konsep pernikahan Islami tersebut tanpa ada kesan menggurui. Dan yang penting emosi selama menjelaskan harus tetap terjaga. Jangan sampai malah tercipta hubungan buruk antara kita dengan keluarga besar. Bagaimanapun mereka adalah saudara kita dan kita membutuhkan mereka ketika menyelenggarakan walimah nanti.

Jangan pernah berhenti untuk mensosialisasikan konsep pernikahan Islam ini ke orang tua dan keluarga besar. Manfaatkan momen-momen berkumpulnya keluarga besar untuk mensosialisasikan hal ini. Misalnya ketika Idul Fitri atau arisan keluarga. terlebih ke orang tua, Jangan menunggu sampai Idul Fitri usahakan setiap ada kesempatan maka lakukanlah. "Saya kan merantau Mbak... ketemu orang tua setahun sekali pas Idul Fitri doang...???" itu hanya alasan saja. Memangnya dalam setahun tidak pernah menelepon orang tua...??? Tidak mungkin kan...??? ketika menelepon itulah kesempatan kita untuk mensosialisasikan hal tersebut. Tidak harus setiap menelepon tetapi setidaknya sesekali kita mensosialisasikannya. Tenang saja jangan surut dengan penolakan di awal. Lakukan terus lagi... lagi... dan lagi. Oia jangan lupa denah juga harus digambar sedetail mungkin. Dimana letak pelaminan, meja prasmanan, tamu laki-laki dan wanita, pintu masuk, pemasangan hijab, dan lain-lain. Tentu saja disesuaikan dengan kondisi rumah kita masing-masing.

Insya Allah ketika kita sudah berusaha maksimal kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan itu sangat kecil sekitar 0.0000xxx%. hanya satu yang kita yakini... "Gusti Allah mboten sare..."

Untuk proses selanjutnya dibahas di next part... ^_^

Jumat, 06 Januari 2012

Kesadaran Politik Umat


Alhamdulillah ada tulisan ideologis di bulan Januari ini. Hi3... tapi ini bukan tulisanku. Tapi tulisannya Ustadzah Lathifah Musa yang aku download di Media Islam Net. Aku cuma meringkas. Yang tadinya panjang tulisan 10 halaman A4 menjadi 6 halaman saja. Semoga bermanfaat...

***

Saat ini umat Islam di berbagai belahan negeri masih berada dalam cengkeraman Kafir Penjajah. Sebagian umat Islam masih mengalami penindasan-penindasan kejam dari rezim negara-negara kufur. Sementara sebagian umat Islam yang lain masih terombang-ambing gaya hidup hina dan rendah yang dipropagandakan serta dipaksakan kaum Kufur sebagai sistem hidup mereka. Kenyataannya dunia Islam hingga kini masih dalam kondisi terpuruk.


Keterpurukan dunia Islam disebabkan oleh hilangnya aspek pemikiran politik (siyasi) pada diri umat. Runtuhnya Khilafah Islamiyah tahun 1924 M menjadi gong kehancuran institusi politik umat. Hal ini menandai hilangnya kemampuan berpikir politik kaum muslimin. Selanjutnya kaum muslimin mengatur urusan kehidupan bernegara dan bermasyarakat di atas dominasi pemikiran kapitalis. Kaum muslimin telah kehilangan pemikiran politiknya yang cemerlang.


Namun kebobrokan pengaturan sistem Kapitalis dan Sosialis kini telah tampak nyata dengan bukti-bukti kerusakannya di mana-mana. Kesadaran terhadap pemikiran politik Islam pun mulai kembali menggeliat. Kesadaran ini bila semakin membuncah di tengah masyarakat, secara alami akan membawa arus kuat kembalinya penerapan sistem politik Islam. Dengan demikian, perjuangan mengembalikan Islam sebagai sebuah sistem kehidupan adalah dengan mendakwahkan Islam sebagai agama yang bersifat politik (siyasah/mengatur), kemudian memperjuangkannya agar terwujud sebagai sebuah pengaturan menyeluruh di tengah masyarakat.


Berpikir politik adalah hal yang diperlukan umat untuk meretas jalan kebangkitannya. Phobia umat Islam terhadap istilah politik, adalah dampak dari serangan pemikiran Kafir Penjajah, musuh-musuh Islam yang ingin menjauhkan umat dari aspek politik. Mereka tahu bahwa kesadaran politik Islam akan menjadi energi besar kaum muslimin untuk kembali membangun peradaban agung.


Apa Yang Dimaksud dengan Berpikir Politik


Berpikir politik dan pemikiran politik yang dihasilkannya adalah bentuk pemikiran yang tertinggi. Pemikiran politik adalah pemikiran yang bersifat mengatur urusan umat. Tingkat tertinggi dari sebuah pemikiran adalah ketika ia mampu mengatur urusan manusia di dunia.


Aqidah Islam merupakan pemikiran politik. Allah SWT telah menurunkan Islam sebagai petunjuk agar manusia mengatur urusannya di dunia. Pengaturan urusan di dunia ini tidak hanya sekedar membuat kehidupan dunia mencapai kesejahteraan dan kemakmuran yang tertinggi, namun juga akan mengantarkan manusia kepada ketinggian kehidupan di akhirat kelak (Surga).


Secara sederhana Islam adalah agama yang bersifat politik, karena: (1) Mengatur secara baik bagaimana berinteraksi dengan Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga sebagai seorang hamba akan senantiasa memiliki kesadaran hubungannya dengan Sang Pencipta (Idroksilabillah); (2) Mengatur secara baik bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidup dan nalurinya; agar terwujud kehidupan yang mulia jauh dari kehinaan dan kerendahan perilaku (3) Mengatur secara baik bagaimana berinteraksi dengan manusia lainnya, agar tercipta kehidupan masyarakat yang sejahtera; (4) Mengatur secara baik bagaimana mengelola alam semesta agar bermanfaat bagi kehidupan seluruh makhluk.


Itulah sebabnya Islam memiliki pemikiran-pemikiran (politik) yang mengatur bagaimana beribadah kepada Sang Pencipta, bagaimana manusia berpakaian, bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya, bagaimana manusia melestarikan jenisnya, bagaimana membangun kehidupan rumah tangga yang baik, bagaimana mengatur kehidupan sosial agar terwujud kemuliaan dan ketentraman masyarakat, bagaimana mengelola sumber daya alam dan mengatur distribusinya di masyarakat, bagaimana negara mengatur urusan warga negaranya, bagaimana negara Islam melakukan interaksi dengan negara lain, dan lain-lain pengaturan yang mencakup seluruh urusan kehidupan. Inilah pemikiran-pemikiran Islam yang memiliki sifat politik, yakni mengatur urusan manusia secara benar.


Berpikir politik adalah berpikir tentang bagaimana mengatur urusan umat manusia berdasarkan cara pandang Islam. Aqidah Islam harus menjadi pondasi bagi pemikiran politik kaum muslimin. Aqidah Islam adalah sebuah ideologi (mabda’) yang merupakan pemikiran-pemikiran politik sekaligus sistem hidup.


Mengapa Berpikir Politik Penting untuk Kebangkitan


Untuk dapat bangkit kembali, umat Islam harus menggunakan aqidah Islam sebagai pondasi bagi kehidupannya dan menegakkan pemerintahan serta kekuasaan berdasarkan pondasi aqidah tersebut. Selanjutnya mereka harus menyelesaikan setiap masalahnya hanya dengan hukum dan aturan yang bersumber dari aqidah Islam. Segala peraturan yang dijalankan harus berdasarkan pada perintah dan larangan Allah SWT.


Ketika kehidupan umat diatur berdasarkan perintah dan larangan Allah SWT, niscaya umat akan beranjak bangkit. Kebangkitan yang sesungguhnya pasti akan terjadi. Kebangkitan ini bukan sekedar mampu menyelesaikan masalah-masalah yang membelitnya, namun umat Islam akan kembali pada kemampuan memimpin dunia dengan peradaban yang tertinggi.


Berpikir politik adalah berpikir tentang bagaimana mengatur urusan kehidupan. Tanpa berpikir politik, bagaimana mungkin sebuah urusan bisa diatur, sebuah persoalan bisa diselesaikan, dan sebuah masalah bisa diatasi. Berpikir politik dalam Islam, bukan sekedar menyelesaikan masalah, namun bagaimana menyelesaikan masalah tersebut dalam sudut pandang Islam.


Dewasa ini umat manusia dilanda ketidakadilan secara politik dan ekonomi, perbudakan atas manusia oleh para Tiran, kehinaan dan kesengsaraan akibat umat Islam mengambil pengaturan hidup yang lain. Mayoritas kaum perempuan hidup dalam kehinaan dan terlanggar kehormatannya. Peristiwa perkosaan kaum perempuan menjadi berita sehari-hari. Pelacuran dan perilaku bejad sebagian kaum perempuan pun menghiasi media-media dunia. Hampir setiap saat kehormatan perempuan terampas melalui perkosaan, prostitusi anak dan perzinahan. Anak-anak pun terampas hak-haknya. Banyak bayi terlahir tanpa harapan. Keluarga dilanda perpecahan, perceraian menjadi hal biasa dan kaum ibu kehilangan orientasinya. Sesungguhnya dunia saat ini berada dalam kondisi yang sangat berantakan.


Kondisi inilah yang mengharuskan umat Islam berpikir secara benar, meskipun berada dalam penindasan kekuasaan Tiran dan meskipun hidup dalam penderitaan akibat penerapan sistem yang salah. Aqidah Islam sebagai aqidah politik menjadi dasar pemikiran intelektual dalam mengatur urusan, kepemimpinan berpikir yang bersifat menggerakkan dan memiliki sudut pandang yang khas dalam menyelesaikan persoalan.


Salah satu pemikiran tentang politik yang masyhur adalah Sabda Rasulullah Saw: “Siapa saja bangun di pagi hari dan perhatiannya kepada selain Allah, maka ia tidak berurusan dengan Allah. Dan barangsiapa yang bangun dan tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia tidak termasuk golongan mereka (kaum muslimin).” (HR Hakim dan al Khatib dari Hudzaifah ra)


Berpikir politik adalah aspek alami dari tumbuhnya kesadaran politik. Kesadaran politik ini tidak hanya bersifat regional, namun juga internasional. Karena umat Islam adalah satu saudara, satu dunia, satu tuntunan (al Qur’an dan as Sunnah) dan satu tujuan hidup (keridhoan Allah SWT dan SurgaNya). Pemikiran politik ini termaktub dalam Firman Allah SWT:

“Sesungguhnya setiap muslim itu bersaudara, oleh karena itu damaikanlah antara saudaramu…” (TQS al Hujurat: 10)

“Dan tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad) dengan ketentuan-ketentuan itu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi alam semesta.” (TQS al Anbiya: 107)


Pemikiran politik Islam yang bersifat global inilah yang akan mampu membawa kaum muslimin memimpin dunia dengan Islam. Islam tidak membatasi pengaturannya sebatas hanya sebuah wilayah, negara atau benua. Namun Islam ditujukan untuk seluruh umat manusia di dunia.


Aplikasi Berpikir Politik


Aplikasi berpikir politik dalam sebuah negara Islam dilakukan oleh: (1) Penguasa dan aparat negara, sebagai pihak yang paling bertanggung jawab untuk menyelenggarakan urusan rakyat, (2) Anggota masyarakat, karena menjadi kewajiban untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar kepada pihak penguasa, (3) Kelompok-kelompok dakwah atau partai politik, dalam rangka melakukan muhasabah (koreksi) terhadap kebijakan penguasa dan melakukan pembinaan politik kepada masyarakat.


Ketika negara yang menerapkan sistem politik Islam belum terbentuk, maka aplikasi berpikir politik hanya ada pada kelompok-kelompok dakwah/ partai politik serta individu-individu masyarakat. Aktivitas politik yang dilakukan antara lain: (1) Partai politik melakukan pembinaan diri dan masyarakat dengan pemikiran-pemikiran serta tsaqofah-tsaqofah politik yang berasaskan aqidah Islam, (2) Menyampaikan seruan kepada penguasa tentang kesalahan dan kerusakan sistem pengaturannya sekaligus menjelaskan bagaimana sistem politik Islam mengatur urusan masyarakat, (3) Membongkar makar Kafir Penjajah yang ingin melanggengkan sistem politiknya yang jahat dan merusak masyarakat serta upaya-upaya mereka dalam menghalangi kebangkitan Islam, (4) Menjelaskan berbagai peristiwa dan kejadian-kejadian yang mempengaruhi kehidupan masyarakat sesuai dengan sudut pandang Islam.


Kualitas masyarakat dan potensi kebangkitannya tergantung pada kualitas berpikir politiknya. Karena dengan berpikir politik, masyarakat akan mampu memahami bagaimana sistem pengaturan yang layak untuk diterapkan. Akumulasi kesadaran masyarakat ini akan menuntut diterapkannya sistem politik yang sesuai dengan kesadaran pemikiran dan perasaan mereka.


Selanjutnya kelompok dakwah/ partai politik sebagai pihak yang membina masyarakat harus menguasai langkah-langkah untuk menyiapkan penerapan sistem politik Islam ini dalam rangka menggantikan sistem politik yang telah rusak. Kelompok-kelompok dakwah/partai politik harus mampu memimpin umat dalam mewujudkan kekuasaan sistem politik yang baru, yakni sistem politik Islam. Penjelasan tentang bagaimana tahapan dan langkah-langkah inipun juga harus dijelaskan hingga dipahami oleh masyarakat.


Dengan demikian kekuatan sebuah kelompok dakwah/partai politik yang akan memimpin umat terletak pada aspek pemikiran politiknya dan individu-individu pengembannya. Kekuatan pemikiran terukur dari kejelasan penyampaiannya kepada masyarakat. Masyarakat mampu memahami dan menerimanya sebagai sebuah pemikiran politik yang berasaskan aqidah Islam. Kekuatan dan dorongan berdasarkan aqidah Islamlah (Laa ilaaha illa Allah, Muhammadur Rasuulullah) yang akan menggerakkan masyarakat untuk turut berjuang mendukung upaya-upaya penerapan sistem politik Islam.


Membangun Lingkungan Politik Islam


Kebangkitan peradaban diawali dari kebangkitan pemikirannya. Pemikiran politik adalah tingkat pemikiran yang mampu membangkitkan. Salah satu indikasi keberhasilan pembinaan pemikiran politik di tengah masyarakat adalah terciptanya lingkungan politik yang kondusif.


Lingkungan politik adalah orang-orang yang senantiasa mengikuti berbagai berita, peristiwa dan aktivitas politik untuk memberikan pandangan politik mereka dalam rangka mengurusi kepentingan masyarakat. Baik mereka adalah para politisi penguasa ataupun bukan.


Saat ini tidak ada satupun negara yang menganut lingkungan politik Islam, akibat tidak adanya negeri-negeri yang sepenuhnya diatur dengan pemikiran-pemikiran Islam, Tetapi pengamatan pada sejarah Islam, khususnya masa-masa awal, menunjukkan adanya lingkungan politik Islam, yakni ketika kaum muslimin diatur dengan pemikiran-pemikiran Islam. Lingkungan politik Islam inilah yang akan menjaga keberlangsungan penerapan Islam dan mengawal negara Islam memimpin peradaban dunia.


Inilah sebabnya mengapa saat ini menjadi kewajiban bagi para pejuang Islam untuk menggambarkan lingkungan politik Islam kepada masyarakat dan beraktivitas mewujudkan lingkungan politik Islam tersebut dalam bentuk negara Islam (Khilafah Islamiyah alaa Minhajin Nubuwwah). Hal ini dilakukan agar masyarakat tidak asing dengan lingkungan politik Islam, sebagaimana sebelumnya mereka asing dengan sistem pemerintahan Islam. Kelak (dan pernah terwujud dalam sejarah) dalam sebuah negeri yang diatur dengan sistem Islam, keberadaan lingkungan politik Islam merupakan hal yang wajar.


Lingkungan politik Islam menumbuhkan suasana amar ma’ruf nahi munkar yang kuat. Sehingga setiap anggota masyarakat akan terjaga dari ketergelinciran. Muhasabah tidak hanya antar anggota masyarakat, namun juga terhadap penguasa atau pejabat pemerintahan. Bahkan terdapat hadits yang menunjukkan tentang muhasabah terhadap para penguasa secara spesifik. Rasulullah Saw bersabda: “Jihad yang paling utama adalah mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zhalim.” Keutamaan aktivitas ini juga dinyatakan dalam hadits Rasulullah Saw: “Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan seorang laki-laki yang berdiri di hadapan penguasa yang zhalim, lalu ia memerintahkannya (dengan kema’rufan) dan melarangnya (dari kemungkaran), kemudian penguasa itu membunuhnya.”


Langkah awal membangun lingkungan politik Islam adalah memiliki sekelompok orang yang senantiasa mengikuti berbagai berita, aktivitas dan peristiwa politik di dunia. Para politisi ini harus berusaha mengikuti berbagai aktivitas politik dengan maksud memahami, kemudian berupaya menyampaikan, baik kepada penguasa dan masyarakat tentang bagaimana pengaturan urusan umat sesuai pemahaman tersebut berdasarkan sudut pandang Islam. Inilah yang harus dilakukan oleh para politisi muslim, tanpa henti ataupun jeda sesaat. Karena kehidupan terus bergulir, peristiwa demi peristiwa silih berganti, sementara urusan umat jauh dari pengaturan yang diridhoi Penciptanya.


Bila orang-orang yang bermental politisi ini telah tersedia, maka langkah selanjutnya adalah menciptakan lingkungan politik Islam. Lingkungan politik Islam inilah yang akan membantu tegaknya sistem politik Islam. Sebaliknya, lingkungan politik memerlukan tegaknya negara dan pemerintahan. Dengan demikian masalah yang terpenting adalah bagaimana bersungguh-sungguh mengikuti berbagai aktivitas politik dalam rangka mewujudkan pengaturan urusan umat sesuai dengan pemikiran-pemikiran Islam.


Secara ringkas seorang politisi Islam adalah: (1) orang yang mengikuti setiap berita, peristiwa dan aktivitas politik, (2) melakukan analisis tentang berita, peristiwa dan aktivitas politik tersebut (3) Memberikan pendapatnya tentang berita dan aktivitas politik tersebut kepada umat, (4) Pendapatnya harus berasal dan berlandaskan sudut pandang Islam tentang kehidupan. Poin-poin ini harus dilakukan secara keseluruhan serta disampaikan kepada masyarakat, dalam rangka mewujudkan kesadaran politik di tengah umat.


Orang yang mengikuti berita dan aktivitas politik namun tidak menganalisanya, sama dengan orang yang sekedar mengumpulkan informasi saja. Tanpa analisis ia akan tersesat dan menyesatkan orang lain. Namun membatasi hanya dengan mengikuti berita dan aktivitas politik, menganalisnya dan melaporkannya kepada umat, sama saja dengan aktivitas seorang reporter berita atau pengamat politik yang bisa menjadi narasumber berita. Ia bukanlah politisi. Seorang politik harus sampai pada memberikan pendapatnya sesuai sudut pandang Islam dan bagaimana pengaturan urusan umat terkait masalah tersebut. Pemberian pendapat harus didasarkan pada suatu kesadaran politik. Hanya dengan demikian, pendapat yang diberikan akan menjadi sesuatu yang berbobot dan bernilai politis. Pemberian pendapat tersebut akan memberikan manfaat dalam upaya mengurus kepentingan umat.


Bila telah mulai terwujud lingkungan politik Islam, maka siapapun muslim dan muslimah yang memiliki kesadaran politik tinggi adalah para politisi dan negarawan yang sesungguhnya. Bisa jadi mereka adalah para pedagang di pasar, petani di sawah, karyawan di pabrik, guru di sekolah, sopir-sopir angkutan, penjual sayur keliling bahkan para ibu rumah tangga. Dengan catatan mereka adalah orang-orang yang memiliki kesadaran politik Islam (sudut pandang berdasarkan aqidah Islam), memiliki kepedulian terhadap urusan umat dan melakukan aktivitas politik.


Tidak ada alasan bagi seorang muslim yang jujur dan memiliki kesadaran politik untuk tidak memasuki lingkungan politik. Waktu berjalan cepat dan musuh-musuh Islam berusaha menyesatkan pemikiran umat. Cara-cara licik dan licin mereka gunakan untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari berislam secara benar. Mereka menghalalkan segala cara, bahkan dengan istilah-istilah Islam yang dipelintir, seperti Islam liberal, Islam moderat, Islam inklusif dll. Dengan menguatnya kesadaran politik Islam, tumbuh suburnya lingkungan politik Islam, munculnya politisi-politisi muslim yang jujur di kalangan muslim dan muslimah, maka kebangkitan peradaban Islam tinggal sesaat lain. Insya Allah.



Dikutip dari : http://mediaislamnet.com/2011/02/berpikir-politik-aplikasi-dan-upaya-mewujudkannya/