Rabu, 28 Maret 2012

Bukfer 2012...



Bukfer seminggu kemarin tidak berkesan apa-apa. Bukan karena buku-bukunya sedikit atau acaranya kurang menarik. Tapi diri saya sendirilah penyebabnya. Biasanya kalau ada Islamic Bookfair saya termasuk pengunjung yang rajin menyambangi Istora Senayan. Walaupun tidak banyak buku yang dibeli tapi sudah cukup puas dengan hanya jalan-jalan melihat tumpukan buku di sepanjang stand pameran yang bertumpuk-tumpuk. Hwaa... andaikan saya punya banyak duit akan saya borong semua buku itu.

IBF untuk tahun ini saya sambut dengan biasa saja. Tidak ada euforia berlebihan. Penyebabnya tak ada budget banyak untuk alokasi buku bulan Maret ini. Kalau saya kalap beli buku sudah bisa dipastikan saya akan kere di minggu-minggu terakhir bulan Maret. He3... . Selain itu karena minggu-minggu pas penyelenggaraan IBF saya memiliki jadwal yang cukup padat (qiqiqi... gayane rek...). Jadinya saya jadwalkan cukup sekali saja ke IBF yaitu hari Rabu sepulang kerja. Niatnya cuma untuk beli satu buku dan satu kerudung. Byuh... byuh... byuh... saknone rek... . Daripada saya harus melewatkan hajat tahunan ini. Yah... pokoknya harus datang ke IBF walaupun cuma sekali dan sebentar.

Hari yang dinantikanpun tiba. Mengazzamkan dalam diri hanya beli 1 buku dan 1 kerudung. Tidak lebih. Begitu masuk... hadehhh.... ngiler... dimana-mana ada tumpukan buku... kalau jilbab dan kerudung sih nggak terlalu ngiler. Karena kebutuhannya cuma beli satu buku, tanpa berlama-lama saya langsung menuju TKP. Enak banget kalau ke IBF itu pas hari kerja. Nggak terlalu rame dan bisa puas menikmati tumpukan buku tanpa ada yang mengusik. Ke toilet juga nggak ngantri. Coba kalo weekend Sabtu-Ahad fffiuhhh sudah dipastikan jalanpun susah. Apalagi kalau mau ke toilet antrinya panjang banget. Pokoknya puas deh kalau ke IBFnya hari kerja. Pengennya Al-Azhar Press menjadi tujuan pertama. Karena nggak tahu tempatnya dan yang nampak di depan mata "Khilafah Press" ya akhirnya mampir ke situ dulu. "Rp 7.000,-". Waduh langsung ijo mata melihat tulisan Rp 7.000,- . Tanpa berlama-lama akhirnya buku "Orang Miskin Naik Haji" pun sudah berpindah tangan. "Ahh biarinlah murah ini... ", kata Saya dalam hati. Sekalian tanya ke bapak penjaga stand dimana letak stand Al-Azhar Press.

Begitu sampai di stand Al-Azhar press kecewa berat karena buku yang ingin sekali saya beli tidak ada. "Masak sih Pak belum terbit...??? lha wong di fesbuk sudah ada iklannya kok...", Kata Saya. Yahh... sudah jauh-jauh ke sini ternyata buku yang dicari nggak ada. Akhirnya saya putuskan mencari buku yang lain. Pilihanpun jatuh ke "Indahnya Romantika Ibu Ideologis". Pasti buku ini sangat bermanfaat bagi saya. Mengingat isinya adalah sharing emak-emak ideologis dalam hal manajemen rumah tangga tetapi tetap tidak mengesampingkan kewajiban mereka sebagai pengemban dakwah. Subhanallah. Nggak bakalan menyesal deh. Dibandrol dengan harga Rp 29.000,- . Lirak-lirik buku... ahaii... ada buku murah 5000-an. Bundel Al-Islam, buku tentang hadist ahad, dan Terjun ke Masyarakat cukup menarik perhatian. Oia bucil-nya bu Asri Supatmiati "Ssssttt... Mau Nikah ; Butuh atau Kebelet" sepertinya patut dicicipi juga. "Uang kertas VS Dinar dan Dirham Islam" sepertinya juga lezat. Dalam waktu singkat buku-buku itu sudah dimasukkan ke dalam tas plastik dan berpindah ke tangan saya. Waduh-waduh... ini mah sudah melenceng jauh dari yang awalnya cuma niat beli satu buku. Stop... stop... ada buku-buku murah Mizan. Saya obrak-abrik keranjang buku yang ada tulisan murah. Akhirnya terpilihlah "Small Things Kecil Tapi Penting !" karyanya mbak Dewi Rieka, "I Love You, Ayah", trus "Mencicipi Kesuksesan Amanda" karyanya mbak Indari Mastuti. Ckckck... bener-bener ya kalau sudah ke bookfair. Hmmm....

Tujuan terakhir adalah beli kerudung segi empat tebal warna ungu muda. Berputarlah-putarlah kami mencari stand Benayu. Begitu sudah ketemu stand-nya ternyata kerudung yang saya cari tidak ada. Yahh... kok sepertinya yang saya cari tidak ada semua. Ya sudahlah sembari istirahat menyelonjorkan kaki (ternyata lumayan pegel juga...) kami menikmati Festival Nasyid yang diadakan di panggung ruang utama. Suka sama satu grup nasyid saja selebihnya menurut saya terlalu lebay gayanya. Bahkan saking lebaynya mirip boyband. Sedihnya lagi itu pengunjung perempuan teriak-teriak histeris seperti melihat selebritis. Aduh ini festival nasyid kok mirip konser boyband. Hanya sebentar di situ dan akhirnya kami putuskan untuk pulang. Lagian sudah malam, takut tidak ada angkot.

Sedih... IBF tahun ini tidak puas menikmatinya. Apalagi pas hari Ahad ada bedah bukunya Ustadz Felix. Jadinya cuma mendengarkan cerita teman-teman yang datang pas bedah buku beliau bahkan mereka jadi panitianya lho dan mendapatkan buku "Habits" gratis. Hiks... hiks... hiks... .



NB : sssttt... kabar-kabarnya saya juga mendapatkan buku "Habits" gratis. Qiqiqi... ada yang berbaik hati memberikan... terima kasih saudariku... ^_^

Selasa, 20 Maret 2012

Pengen Resign... Part 4...



Hmm... Tulisan "Pengen Resign" sudah memasuki part 4...

Banyak hikmah yang saya dapat pas pulang kampung kemarin. Sabar... . Sabar menghadapi berbagai pertanyaan seputar rencana resign plus sabar menjawabnya. Harus berhati-hati menjawabnya karena yang saya hadapi adalah orang-orang yang jauh lebih tua dari saya. Alhamdulillah setelah dijelaskan mereka mau memahami alasan saya dan mereka mendoakan saya semoga memang pilihan yang saya ambil itu adalah yang terbaik. Terharu saya mendengar jawaban mereka. Mereka adalah pakdhe-pakdhe yang sudah saya anggap sebagai orang tua sendiri-pengganti bapak-. Walaupun agak sedikit kecewa dengan keputusan saya tapi mereka menghargai keputusan yang saya ambil. Saya berjanji pada diri sendiri tidak akan mengecewakan mereka. Saya harus bisa berbuat yang lebih baik lagi.

Bue... . Orang yang saya anggap sebagai Ibu nomor satu setidaknya bagi saya. Saya meminta maaf dan bertanya berulang kali sesungguhnya perasaan beliau itu seperti apa terkait rencana saya untuk resign. Dan berulang kali pula beliau menjawab ikhlas dan tidak meminta balasan apapun atas jasa menyekolahkan saya. Saya terharu mendengar jawaban beliau (*mungkin memang lagi melow... ). Beliau malah memotivasi saya untuk membuktikan bahwa pilihan saya itu benar.

Ada satu orang saudara yang frontal menentang keputusan saya. Saya hanya bisa diam karena nanti kalau saya jawab pasti kata-kata kasar yang akan keluar dari mulut saya. Walaupun mangkel dan pengen menangis tetap saya tahan. Biarinlah... lha wong Pakdhe saya saja tidak keberatan kok. fffiuuhhh...

Mungkin bagi orang yang terbiasa bekerja menjadi karyawan atau PNS keputusan resign adalah sesuatu yang tidak tepat. "Eman...". Hidup itu butuh uang. Lha kalau gaji saja tidak pasti bagaimana mau mencukupi kebutuhan ekonomi...??? ahhh itu kan rumusnya orang yang berotak kiri. Rizki kan bisa darimana saja. Tidak harus jadi pegawai yang punya gaji tetap per bulan. Saya pengen bebas dari kekangan waktu 9,5 jam hanya untuk bekerja. Gaji sedikit tidak masalah yang penting saya bisa mengendalikan waktu saya. Hehehe... emang dasarnya sudah malas kerja... . Iri dengan teman-teman yang bisa bebas mengatur waktunya.

Terima kasih untuk orang-orang yang telah mendukung saya. Tanpa kalian sadari dukungan walaupun hanya berupa kata-kata sangatlah berarti bagi saya. Karena dengan dukungan itulah saya semakin mantap dengan keputusan yang saya ambil.

Kamis, 08 Maret 2012

Awasss... Miss Ngambek Lewat... ^_^

“Biar indri bisa hidup lebih tenang dan g diganggu sama muslimah yang sangat sensitif dan akhirnya sering ngambek, saya pindah aja ya ndri, afwan mungkin ini lebih baik khususnya buat indri, syukron sudah jagain saya selama ini, sudah buanyak sekali bantu saya tapi saya tdk pernah bikin indri seneng ataupun tenang, apalagi saya katanya persiapan mau diqassam tentulah saya harus berbenah... dan akan saya awali dengan dengan hidup mandiri tidak bergantung sama orang lain, sudah cukup lama saya hidup dalam ketergantungan, saya akan cari kostan atau kontrakan, temenin yuk?” (pesan masuk pagi-pagi bolong dari kucrit ....)

Kalau aku nggak ingat itu hape satu-satunya yang aku miliki pasti sudah kubanting. Biar pecah dan aku nggak akan pernah lagi membaca tulisan yang sangat aku benci itu. Toh, nyatanya sampai sekarang tulisan itu masih tersimpan rapi di inbox bersama sms-sms lainnya yang masuk sesudahnya. Sms itu dikirim setelah aksi diammu yang lagi-lagi aku nggak tau apa pemicunya. Ingat nggak Crit...???


Hwaaa... Kucrit pindah... . Berat rasanya melepasmu Kucrit. Apalagi Kucrit sudah tinggal bareng aku selama 3 tahun. Walaupun aku akui kita sering bertengkar... sering ngambek-ngambekan... tapi aku sebenarnya sayang banget sama Kucrit. Kuliah bareng... ngaji bareng... tinggal sekamar... . Sedih kalau membayangkan sekamar sendiri. Biasanya sepulang kerja atau pulang kuliah ngoceh berdua sampai malam eh ini jadinya cuma bengong... ngantuk... . Tapi Kucrit tetap memaksa untuk pindah. Aku nggak bisa melarangmu. Apalagi katamu kepindahanmu ini untuk memperbaiki diri. Padahal dalam diri ini tidak ada setitikpun rasa benci... rasa direpotkan... atau yang lainnya. Yang ada hanya keinginan untuk berbagi. Salahkah...??? dan kejelekanku adalah memiliki kekhawatiran berlebih terhadapmu Kucrit. Karena aku memang menyayangimu.


Alhamdulillah beberapa bulan pasca kepindahanmu menunjukkan perkembangan yang membaik. Kucrit sudah semakin dewasa. Apalagi sekarang sejak Kucrit sudah menikah. Subhanallah benar-benar Kucrit sudah berubah. Nggak ngambekan kayak dulu lagi. Jadi kangen sama Kucrit. Sayang Kucrit tinggalnya jauh di Jakarta Utara. Paling banter cuma bisa menelepon. Mendengarkan suaramu dan yang pasti curhat.


Semoga Kucrit tetap berada dalam lindunganmu ya Allah. Semoga sukses membentuk keluarga ideologis. Apalagi dalam hitungan bulan Kucrit mau melahirkan. Melahirkan seorang pejuang yang akan menegakkan kalimahmu ya Allah.


From Kucrut... Thanks for the friendship that you’ve given to me... all memories with you will be saved at one space in my heart... overall, you’re one of my bestfriend that I have. Because we’ve shared all our happiness and sadness together...

Tulisan ini diikutkan pada GIVEAWAY : Aku Sayang Saudaraku yang diselenggarakan oleh Susindra


Senin, 05 Maret 2012

Jakarta itu Kejam, Kawan ...!!!




Jakarta... nggak ada seorangpun di negeri ini yang nggak kenal Jakarta. Kalau memang benar ada yang nggak tahu apa itu Jakarta sudah bisa dipastikan orang ini kuper. Kebangetanlah masak Ibukota negaranya sendiri nggak tahu. Namanya juga ibukota jadi pusat segala sesuatu ya ada di Jakarta. Pusat Pendidikan, perdagangan, teknologi, perekonomian, kriminalitas, kerusakan moral, deelel. Pusat pendidikan : banyak sekolah dan perguruan tinggi di Jakarta baik swasta maupun negeri. Tinggal dipilih aja mau sekolah dimana asalkan punya duit. Pusat perdagangan : ada pasar Tanah Abang pusat baju dan tekstil, Pasar Glodok pusat elektronik, plus mall-mall yang jumlahnya sudah tidak bisa dihitung lagi. Mau cari apa-apa di Jakarta juga lengkap. Mau nyari gadget keluaran terbaru juga gampang. Nggak akan ketinggalan tren deh pokoknya kalau di Jakarta. Fashion style, hair style ya trendsetternya dari Jakarta. Tapi di balik segala kemewahan dan kemudahan yang ditawarkan Jakarta ternyata justru menjadi bumerang bagi Jakarta. Ya... Jakarta termasuk penyumbang kriminalitas terbesar di negeri ini. Banyak kasus kriminalitas dan kerusakan moral yang terjadi di kota ini. Kok tau...??? lha itu buktinya Pos kota dan Lampu merah nggak kehabisan berita setiap harinya. Hehehe...


Belum lagi masalah transportasi yang berimbas pada kemacetan jalan raya, bukit-bukit sampah, dan banjir yang seakan-akan tidak kunjung selesai. Bayangin aja masak jalan kaki sama naik angkot lebih cepat yang jalan kaki. Karena apa...??? ya macet. Gimana nggak macet lha masing-masing anggota keluarganya pada bawa mobil. Trans Jakarta alias busway sudah nggak bisa diandalkan lagi. Hanya orang-orang sabar yang mau menggunakan busway sebagai alat transportasi. Berarti banyak yang kaya dong di Jakarta ...??? nggak juga. Lihat saja di pinggiran kali atau di pinggiran stasiun masih banyak rumah-rumah kecil yang terbuat dari kardus dan triplek. Yang kaya semakin kaya... yang miskin makin terpuruk. Sampah berserakan dimana-mana. Sampai pernah aku menemui di sebuah daerah di Jakarta tidak menemukan yang namanya tempat sampah. Sampai keheranan masak di sepanjang jalan nggak ada tempat sampah. Akhirnya ketika aku tanya salah seorang warga di situ jawabnya innocent banget “Kami buang sampahnya di kali Mbak...”. O...o... kamu ketauan... hayahhh... lah ternyata... . Aduh Ibu... bagaimana Jakarta nggak banjir lha warganya saja pada buang sampahnya di kali. Benar saja pas tahun 2007 daerah ini kebanjiran sampai ketinggian sekitar 4 meter.


Dengan segala image Jakarta yang nggak banget di mataku maka nggak pernah sedikitpun terlintas keinginan untuk tinggal di Jakarta bahkan hanya untuk sekedar singgah. Buat apa ke Jakarta paling-paling kena macet. Kesannya di Jakarta itu ribet banget deh. Lha kok akhirnya tinggal di Jakarta ...??? ffiuhh... nasib yang membawaku bisa sampai di Jakarta kota metropolitan. Kalau bukan karena harus kuliah nggak bakalan aku menginjakkan kaki di kota ini. Kuliahpun sebenarnya terpaksa karena awalnya dikira bakalan diterima di Malang. Ternyata pas melihat papan pengumuman tercantum bahwa aku diterima di Jakarta. Hwaaaa... bagaimana ini ...??? Teringat bahwa aku memilih Sekolah ini karena nggak punya uang buat biaya kuliah. Jadi mau nggak mau aku memang harus berangkat ke Jakarta.


Nggak kerasa sudah tujuh tahun lebih aku tinggal di Jakarta. Pahit manis kehidupan di Jakarta sudah lengkap dirasakan. Komplit... plit... . Hmmm... walaupun Jakarta menurutku kota yang kejam, tapi aku nggak pernah mengalami yang namanya kecopetan, pelecehan, penodongan, dan sejenisnya yang umumnya kerap dialami para warga Jakarta. Selama ini aku bersyukur nggak sampai mengalami hal yang seperti itu. . Alhamdulillah...


Tapi ternyata aku harus takluk sama angkot kecil dengan nomor 04 yang setiap hari sabtu aku tumpangi. Ya... akhirnya aku kecopetan juga. Aku masih nggak habis pikir kok bisa ya hari itu aku kecopetan. Aku heran bagaimana cara si pencopet itu ngambil hp di tas. Padahal tas selama perjalanan aku dekap terus dan kondisi penumpang angkot nggak penuh. Udah gitu pencopetnya menyebarkan berita bohong dan minta-minta pulsa ke nomor kontak yang ada. Nggak tahu berapa banyak orang yang sudah jadi korban transfer pulsa. Duhh... sekali-kalinya kecopetan kok ya orangnya jahat banget.


Gara-gara orang jahat ini aku dan teman sekamar (*untung ada dia yang siap menemani...) malam-malam harus kelayapan sampai Jakarta Pusat untuk menonaktifkan nomor yang telah disalahgunakan ini. FYI, kalau mau menonaktifkan nomor simpati tidak bisa via telepon tapi harus datang ke Grapari. Dan karena hari itu Sabtu, satu-satunya Grapari yang buka 24 jam ya Grapari pusat yang ada di Jakarta Pusat. Fffiuuhhh.... mantappp... . Eh, pas kami istirahat di masjid untuk sholat Maghrib si pencopetnya menghubungi kami. Katanya dia nggak terima degan banyaknya sms yang menghujat dia dan menuduh bahwa dialah pencurinya. Lah...??? Katanya dia cuma “nemu” HP di angkot 04 sekitar jam 2 siang. Bentar... bentar... padahal aku kehilangan HP sekitar jam 9.30 pagi. Aneh... masa’ si pencopet pertama sengaja ninggalin HP di angkot...??? atau kecopetan juga...??? nggak masuk akal... pasti dia bohong. Secara logika, kalau memang dia yang cuma “nemu” seharusnya ya dikembalikanlah. Apalagi di HP itu ada sekitar 100 panggilan dan sms dari teman-teman yang meminta supaya HP dikembalikan lagi. Diajak janjian untuk ketemuanpun kesannya bertele-tele. Padahal kalau benar dia mau diajak ketemuan dan mau mengembalikan HP nanti yang datang menemui dia bukan kami melainkan suami teman. Yahhh... ternyata dia “ngambek” karena banyak yang menghujat dia dan keputusan akhirnya dia nggak mau mengembalikan HPku. Alah... alah... Pak... dari tadi juga paling-paling nggak mau mengembalikan HP.


Hmmm... kalau buat aku sendiri sejak kejadian ini jadi mikir kira-kira aku sudah berbuat salah apa ke orang kok aku bisa kecopetan. Mungkin ada hak orang di harta yang selama ini aku dapat. Wallahu’alam..... . Yang jelas hidup di Jakarta harus banyak-banyak berdoa dan selalu waspada karena Jakarta itu kejam, Kawan.