Rabu, 22 September 2010

Hidup itu indah kawan...

Dulu, sekitar 5 tahun yang lalu saya termasuk korban propaganda pernikahan dini. Propaganda pernikahan dini ini begitu lembut dihembuskan di kalangan para mahasiswa. Lembut ibarat angin sepoi-sepoi. Tetapi lambat laun angin yang sepoi-sepoi ini berhembus kencang dan sangat kencang. Apabila tidak bisa menahan tiupan angin yang kencang ini, bisa rubuh dalam sekejap.

Wacana penikahan dini menjadi santer di kalangan mahasiswa. Tetapi karena kampus kami melarang bagi mahasiswanya menikah ketika masih menyandang status "mahasiswa", maka pernikahan dini ini hanya sekedar menjadi wacana. Walaupun tak jarang juga ada mahasiswa yang menikah secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui pihak kampus. Sebenarnya saya kurang setuju dengan komplotan ini. Karena mereka telah menyalahi perjanjian hitam di atas putih dengan pihak kampus.

Begitulah, karena pernikahan dini hanya sekedar menjadi wacana ketika status masih mahasiswa, maka tak heran begitu lepas status itu dirinya langsung berusaha merealisasikannya. Empat jempol dah buwat mahasiswa yang masuk dalam komplotan ini. Ilmu yang terserap langsung bisa terealisasi.

Menyenangkan sekali melihatnya. Kami para mahasiswa yang baru lepas status mahasiswa mendadak menjadi orang yang sibuk menghadiri kondangan di sana-sini. Dengan duit pas-pasan tentunya. Karena kami hanya mengandalkan kucuran uang dari pemerintah yang tersendat-sendat keluarnya layaknya orang sesak napas. “Wah mbak ini sama mas anu ya… wihh… cocoknya…” …. “Aduh kok bisa kenal ya mbak itu sama mas ini…???” dengan muka mupeng sambil menebak-nebak bakalan sama siapa ya saya nantinya kalo menikah…??? Hi3… Setelah lepas status mahasiswa itulah masa yang paling mendebarkan. Deg-degan… berharap lekas-lekas berganti status.

Satu per satu kakak-kakak kelas menikah. Begitu juga dengan teman-teman seangkatan. Satu per satu melepas status lajangnya. Bahkan tak jarang adik-adik kelas mendahului. Lambat laun ada kabar “Eh… si ini sudah melahirkan lho…”… “Wah anaknya sudah dua…”. Ya… begitulah, tak terasa tahun berganti tahun… dan teman-teman satu angkatan (cewek) yang masih mempertahankan status keperawanannya (hush…) hanya tinggal bilangan jari. Dan tahukah kau kawan, saya termasuk bagian dari mereka. Hiks… hiks… hiks…

Seiring dengan berjalannya waktu, saya lebih bisa menerima mengapa sampai saat ini belum menikah. Pasti ada hikmah di balik itu semua. Walaupun terkadang timbul rasa iri. “Kenapa dia mudah banget ya mendapatkan jodohnya…???” tapi segera saya tepis rasa itu. Mungkin Allah memberi saya amanah yang lain. Amanah keluarga, dakwah, teman, dll. Menikmati teka-teki yang diberikan Allah. Sejatinya segala sesuatu itu akan indah pada waktunya kawan. Camkan itu baik-baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar