Senin, 05 Maret 2012

Jakarta itu Kejam, Kawan ...!!!




Jakarta... nggak ada seorangpun di negeri ini yang nggak kenal Jakarta. Kalau memang benar ada yang nggak tahu apa itu Jakarta sudah bisa dipastikan orang ini kuper. Kebangetanlah masak Ibukota negaranya sendiri nggak tahu. Namanya juga ibukota jadi pusat segala sesuatu ya ada di Jakarta. Pusat Pendidikan, perdagangan, teknologi, perekonomian, kriminalitas, kerusakan moral, deelel. Pusat pendidikan : banyak sekolah dan perguruan tinggi di Jakarta baik swasta maupun negeri. Tinggal dipilih aja mau sekolah dimana asalkan punya duit. Pusat perdagangan : ada pasar Tanah Abang pusat baju dan tekstil, Pasar Glodok pusat elektronik, plus mall-mall yang jumlahnya sudah tidak bisa dihitung lagi. Mau cari apa-apa di Jakarta juga lengkap. Mau nyari gadget keluaran terbaru juga gampang. Nggak akan ketinggalan tren deh pokoknya kalau di Jakarta. Fashion style, hair style ya trendsetternya dari Jakarta. Tapi di balik segala kemewahan dan kemudahan yang ditawarkan Jakarta ternyata justru menjadi bumerang bagi Jakarta. Ya... Jakarta termasuk penyumbang kriminalitas terbesar di negeri ini. Banyak kasus kriminalitas dan kerusakan moral yang terjadi di kota ini. Kok tau...??? lha itu buktinya Pos kota dan Lampu merah nggak kehabisan berita setiap harinya. Hehehe...


Belum lagi masalah transportasi yang berimbas pada kemacetan jalan raya, bukit-bukit sampah, dan banjir yang seakan-akan tidak kunjung selesai. Bayangin aja masak jalan kaki sama naik angkot lebih cepat yang jalan kaki. Karena apa...??? ya macet. Gimana nggak macet lha masing-masing anggota keluarganya pada bawa mobil. Trans Jakarta alias busway sudah nggak bisa diandalkan lagi. Hanya orang-orang sabar yang mau menggunakan busway sebagai alat transportasi. Berarti banyak yang kaya dong di Jakarta ...??? nggak juga. Lihat saja di pinggiran kali atau di pinggiran stasiun masih banyak rumah-rumah kecil yang terbuat dari kardus dan triplek. Yang kaya semakin kaya... yang miskin makin terpuruk. Sampah berserakan dimana-mana. Sampai pernah aku menemui di sebuah daerah di Jakarta tidak menemukan yang namanya tempat sampah. Sampai keheranan masak di sepanjang jalan nggak ada tempat sampah. Akhirnya ketika aku tanya salah seorang warga di situ jawabnya innocent banget “Kami buang sampahnya di kali Mbak...”. O...o... kamu ketauan... hayahhh... lah ternyata... . Aduh Ibu... bagaimana Jakarta nggak banjir lha warganya saja pada buang sampahnya di kali. Benar saja pas tahun 2007 daerah ini kebanjiran sampai ketinggian sekitar 4 meter.


Dengan segala image Jakarta yang nggak banget di mataku maka nggak pernah sedikitpun terlintas keinginan untuk tinggal di Jakarta bahkan hanya untuk sekedar singgah. Buat apa ke Jakarta paling-paling kena macet. Kesannya di Jakarta itu ribet banget deh. Lha kok akhirnya tinggal di Jakarta ...??? ffiuhh... nasib yang membawaku bisa sampai di Jakarta kota metropolitan. Kalau bukan karena harus kuliah nggak bakalan aku menginjakkan kaki di kota ini. Kuliahpun sebenarnya terpaksa karena awalnya dikira bakalan diterima di Malang. Ternyata pas melihat papan pengumuman tercantum bahwa aku diterima di Jakarta. Hwaaaa... bagaimana ini ...??? Teringat bahwa aku memilih Sekolah ini karena nggak punya uang buat biaya kuliah. Jadi mau nggak mau aku memang harus berangkat ke Jakarta.


Nggak kerasa sudah tujuh tahun lebih aku tinggal di Jakarta. Pahit manis kehidupan di Jakarta sudah lengkap dirasakan. Komplit... plit... . Hmmm... walaupun Jakarta menurutku kota yang kejam, tapi aku nggak pernah mengalami yang namanya kecopetan, pelecehan, penodongan, dan sejenisnya yang umumnya kerap dialami para warga Jakarta. Selama ini aku bersyukur nggak sampai mengalami hal yang seperti itu. . Alhamdulillah...


Tapi ternyata aku harus takluk sama angkot kecil dengan nomor 04 yang setiap hari sabtu aku tumpangi. Ya... akhirnya aku kecopetan juga. Aku masih nggak habis pikir kok bisa ya hari itu aku kecopetan. Aku heran bagaimana cara si pencopet itu ngambil hp di tas. Padahal tas selama perjalanan aku dekap terus dan kondisi penumpang angkot nggak penuh. Udah gitu pencopetnya menyebarkan berita bohong dan minta-minta pulsa ke nomor kontak yang ada. Nggak tahu berapa banyak orang yang sudah jadi korban transfer pulsa. Duhh... sekali-kalinya kecopetan kok ya orangnya jahat banget.


Gara-gara orang jahat ini aku dan teman sekamar (*untung ada dia yang siap menemani...) malam-malam harus kelayapan sampai Jakarta Pusat untuk menonaktifkan nomor yang telah disalahgunakan ini. FYI, kalau mau menonaktifkan nomor simpati tidak bisa via telepon tapi harus datang ke Grapari. Dan karena hari itu Sabtu, satu-satunya Grapari yang buka 24 jam ya Grapari pusat yang ada di Jakarta Pusat. Fffiuuhhh.... mantappp... . Eh, pas kami istirahat di masjid untuk sholat Maghrib si pencopetnya menghubungi kami. Katanya dia nggak terima degan banyaknya sms yang menghujat dia dan menuduh bahwa dialah pencurinya. Lah...??? Katanya dia cuma “nemu” HP di angkot 04 sekitar jam 2 siang. Bentar... bentar... padahal aku kehilangan HP sekitar jam 9.30 pagi. Aneh... masa’ si pencopet pertama sengaja ninggalin HP di angkot...??? atau kecopetan juga...??? nggak masuk akal... pasti dia bohong. Secara logika, kalau memang dia yang cuma “nemu” seharusnya ya dikembalikanlah. Apalagi di HP itu ada sekitar 100 panggilan dan sms dari teman-teman yang meminta supaya HP dikembalikan lagi. Diajak janjian untuk ketemuanpun kesannya bertele-tele. Padahal kalau benar dia mau diajak ketemuan dan mau mengembalikan HP nanti yang datang menemui dia bukan kami melainkan suami teman. Yahhh... ternyata dia “ngambek” karena banyak yang menghujat dia dan keputusan akhirnya dia nggak mau mengembalikan HPku. Alah... alah... Pak... dari tadi juga paling-paling nggak mau mengembalikan HP.


Hmmm... kalau buat aku sendiri sejak kejadian ini jadi mikir kira-kira aku sudah berbuat salah apa ke orang kok aku bisa kecopetan. Mungkin ada hak orang di harta yang selama ini aku dapat. Wallahu’alam..... . Yang jelas hidup di Jakarta harus banyak-banyak berdoa dan selalu waspada karena Jakarta itu kejam, Kawan.

4 komentar:

  1. sabar ya Mak...biarkan yang sudah terjadi menjadi pembelajaran, kita tak perlu menganalisa dengan segala hal. ikhlaskan, Insya Allah akan tergantikan dengan yang lebih baik. sabar yaa say :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya... amin... semoga mendapatkan ganti yang lebih baik...

      Hapus
  2. iya itu sih pasti pencurinya.. kalo gak terima di tuduh pencopetnya hrsnya ya di kembalikan bukannya malah morang-maring.. Sabar ya mbak.. semoga dpt pengganti yg lebih baik :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya... tapi dia g ngaku... ya iyalah masak copet ngaku... amin... semoga dapet yg lebih baik... (*ngarep... he3...)

      Hapus